GIANYAR, Kilasbali.com – Meski jauh sebelumnya sudah disosialisasikan, proses pemilahan sambah di tungkat desa belum juga berjalan efektif. Kini, terhitung 1 Mei 2024, TPA Temesi menolak sampah campuran.
Alhasil sejumlah desa yang belum siap kini mulai kelabakan. Syukurnya, dari 75 truk yang membuang sampah pada hari pertama hanya 5 truk yang harus putar balik, karena sampah yang dibawa 90% tak terpilah.
Dari pantauan di sejumlah Desa, truk sampah desa pun mulai selektif melakukan pengangkutan.
Untuk mendisiplinkan warganya, aparatur desa maupun banjar pun tidak mengangkut sampah warganya yang belum terpilah.
Alhasil, warga terpaksa mulai pilah sampah keluarga. Untuk sampah umum seperti sampah desa, pengelola pasar pun kini harus putar otak untuk memastikan sampah yang terkumpul sudah terpilah.
Namun demikian aparat desa mengaku sedikit kelabakan, karena meski sudah ada TP3SSR, belum bisa berjalan maksimal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, Ni Made Mirnawati, Rabu (1/5) mengatakan dalam penerapan kebijakan pemilahan pembuangan sampah ini, pihaknya telah melakukan sosialisai sejak dua bulan lalu.
Dijadwalkan sampah organik Senin, Rabu, Jumat. Anorganik Selasa dan Sabtu, Residu Kamis dan Minggu.
“Selama dua bulan ini kami kerja keras melakukan sosialisasi semasif mungkin. Pertama Pak Pj Bupati bersurat ke Camat, Perbekel, Lurah, Bendesa Adat, pelaku usaha, dan rumah tangga, menyampaikan jadwal tersebut, kemudian Dinas melakukan sosialisasi lewat Radio Gelora,” katanya.
“Langsung turun ke rumah tangga menyampaikan brosur jadwal, dan lewat wa group perbekel, bendesa adat, kelian banjar adat, kepala dusun, juga kami sampaikan brosur jadwal,” ujarnya.
Tak hanya hanya itu, petugas TPA juga menyampaikan brosur jadwal kepada para sopir yang masuk TPA Temesi.
Para Camat juga mengumpulkan para Perbekel/Lurah di wilayahnya untuk sosialisasi jadwal.
Hasil sosialisasi pun dinilai cukup diterima masyarakat. Terlihat di hari pertama ini. Hanya 5 truk yang harus putar balik karena sampahnya tercampur 90%.
“Astungkara dari pukul 06.00 wita s/d 13.00 wita dari 75 kendaraan pengangkut sampah hanya 5 yang diputar balik karena sampahnya tercampur 90%. Salah satunya Batubulan Kangin,” ungkap Mirna.
Pihaknya pun memaklumi jika di hari pertama ini tak bisa sepenuhnya truk sampah yang datang semua bawa sampah terpilah.
“Mengingat berbagai keterbatasan, belum bisa seluruh masyarakat paham akan jdwal tersebut, namun kami berupaya sambil jalan tetap melakukan sosialisasi secara masif, melalui berbagai media sosial yang ada pada kami, seperti Istagram, WA grup,” jelasnya.
“Mungkin tidak sekarang kita nikmati kerja kita, tapi tiyang berharap anak-anak kita menikmati lingkungan yang lebih layak dan sehat,” harapnya. (ina/kb)