News UpdatePeristiwaTabanan

Gas Metan Masih Aktif Munculkan Api, TPA Mandung Masih Berasap

    TABANAN, Kilasbali.com – Meski sudah tertanggulangi, kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan masih menyisakan persoalan.

    Sampai saat ini, TPA tersebut masih sering berasap. Pemicunya tiada lain gas metan yang terkandung di bawah bukit sampah masih aktif memunculkan api.

    Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Tabanan, I Gusti Putu Ekayana, tidak memungkiri sampai saat ini masih ada asap di lahan TPA Mandung.

    “Susah memadamkannya. Perlu waktu berbulan-bulan. Tapi asapnya tidak terlalu besar. Tipis,” jelas Ekayana saat dikonfirmasi, Selasa (26/12).

    Baca Juga:  Pendampingan-Informasi Hukum Jadi Strategi Mulyadi-Ardika untuk Implementasikan UU TPKS

    Selain asap, sambungnya, gas metan tersebut juga memicu kemunculan api meskipun tidak setiap hari terjadi. “Masih ada (asap). Kadang-kadang api juga muncul. Tapi tidak setiap hari,” sebutnya.

    Menurutnya, bila saja lahan TPA Mandung diguyur hujan selama seminggu, bisa saja gas metan tersebut tidak aktif memunculkan api.

    “Kalau hujan seminggu mungkin padam. Ini kadang-kadang hujan tiga jam, habis itu tiga hari tidak ada hujan. Kalau hujan kan tiap sudut (TPA Mandung) kena (air),” jelasnya.

    Baca Juga:  Lepas Peserta Jalan Sehat HUT ke-53 KORPRI, Sekda Bali Dewa Indra Tegaskan Pentingnya Netralitas

    Ia menyebutkan, titik kemunculan asap masih di TPA Mandung masih pada posisi yang sama yakni wilayah Timur Laut yang medannya berupa tebing.

    Selain itu, asap yang masih sering muncul rata-rata di kaki bukit sampah. Sedangkan pada bagian atasnya, api dan asap sudah tidak ada.

    “Yang bagian bawah saja. Kalau yang bagian atas sudah tidak ada (api dan asap),” ucapnya.

    Baca Juga:  Truk Angkut Batu Bata Tergelincir Hingga Jatuh Melintang di Jalur Baturiti-Antapan

    Sejauh ini, sambungnya, proses pendinginan masih terus dilakukan yakni dengan memanfaatkan kubangan yang dibuat untuk diisi air.

    “Dua atau tiga hari sekali dikasih air supaya merasap ke bawah,” jelas Ekayana.

    Hanya saja, efek dari pendinginan ini tidak sampai menjangkau area Timur Laut yang medannya berupa tebing. Kondisi medan itu juga yang membuat pihaknya sulit melakukan pemadaman begitu saja. (c/kb)

     

    Back to top button

    Berita ini dilindungi