GIANYAR, Kilasbali.com – Tragedi lift maut Ayuterra Resort Ubud yang menewaskan lima karyawan, hingga kini belum ada tersangka.
Meski ada pihak-pihak yang berpotensi menjadi tersangka dalam tragedi lift maut Ayuterra Resort Ubud, namun hingga Kamis (7/9), Polres Gianyar belum melakukan penetapan.
Satreskrim Polres Gianyar, yang menangani persoalan ini tidak mau memilih untuk berhati-hati untuk pembuktian awal dalam pemenuhan unsur tindak pidana yang terjadi.
Kasat Reskrim Polres Gianyar, AKP Ario Seno Wimoko, Kamis (7/9) menyebutkan, untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka, dibutuhkan proses yang betul-betul matang.
Mulai dari pemeriksaan saksi-saksi di TKP, pemeriksaan saksi ahli dan hasil olah TKP dan hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri.
“Kami belum menetapkan tersangka. Bagi kami masih terlalu dini. Karena masih ada beberapa hal yang disinkronisasi. Mulai dari hasil olah TKP dan pemeriksaan dari laboratorium forensik, serta pemeriksaan saksi ahli terkait kelayakan lift inclinator tersebut,” ujar AKP Ario Seno.
Adapun, pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini, akan ditentukan dari mengkonfrontasikan hasil pemeriksaan para saksi di TKP, saksi ahli, hasil olah TKP dan hasil dari labfor. “Setelah ada hasil, barulah kita gelarkan kasus tersebut untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Di tempat lain, jenazah I Wayan Aries Setiawan telah diupacarai di rumahnya di Banjar Abiansemal, Desa Lodtunduh, Ubud. Mendiang Aries, menjadi korban terakhir dari lima korban yang belum dikebumikan.
Pada Kamis 7 September 2023 pagi, pihak keluarga telah menggelar upacara prosesi pemandian jenazah, setelah itu dilanjutkan dengan prosesi upacara ala Hindu lainnya.
Dan, pada Jumat 8 September 2023, barulah jenazah Aries akan dikremasi sesuai prosesi Upacara Ngaben. Lokasinya nanti akan berlangsung di setra/kuburan Desa Adat Lodtunduh.
Kakek mendiang, I Kadek Jaya mengatakan, prosesi pengabenan menggunakan petulangan berupa singa merah. Sebab, kata dia, Aries merupakan keturunan dari krama inti di Desa Lodtunduh.
“Petulangan singa merah, sudah dari turun temurun. Karena keluarga kami pengelingsir di jagad Lodtunduh, bahkan sebelum adanya puri,” ujar Jaya.
Lebih lanjut dikatakan, Jumat besok, prosesi cukup padat. Sebab, mulai dari ngaben, dilanjutkan dengan nganyut, nyekah, lalu meajar-ajar ke Goa Lawah.
“Besok acaranya dari pagi. Setelah jam 12, jenazah berangkat ke setra, lalu ngayut, nyekah, meajar-ajar ke Goa Lawah,” ujar pria yang ramah tersebut.
Prosesi tersebut, kata dia, selain dibantu oleh sanak keluarga, juga dibantu oleh krama adat. “Yang ikut sanak keluarga, banjar adat dan teman-teman dekat,” pungkasnya. (ina/kb)