KarangasemSeni Budaya

Banten Bebali, Kerbau Tanduk Emas Hiasi Ritual Homa Yamaraja Abhiseka Cakra Wrti

    KARANGASEM, Kilasbali.com — Padukuhan BudhaIreng, Banjar Adat Tohpati, Desa/Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem,  menggelar ritual Homa Yamaraja Abhiseka Cakra Wrti tepat saat puncak perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia pada Kamis (17/8).

    Nah, dibalik kegiatan bertujuan mencetak calon pemimpin masa depan menuju masyarakat madani itu, nampak sjumlah  hal unik di areal pasraman, mulai ornamen dan simbol majapahit kuno yang terpasang di sekeliling sudut bangunan. Pun, terdapat sarana sesajen kerbau berhiaskan tanduk emas.

    Guru Kresna Dwaja selaku sang empu acara menuturkan, gelaran ritual Homa Yamaraja Abhiseka Cakra Wrti yang bertajuk Kebangkitan Peradaban Tanah Suci Uddyana memang tergolong unik. Lantaran hal itu, pihaknya menyiapkan secara khusus jauh jauh hari sebelumnya ragam kebutuhan sarana banten dan caru tersebut. Pun tirta (air kehidupan) yang didatangkan khusus dari luar pulau Bali, yakni Trowulan Jawa Timur serta Lombok, NTB (Nusa Tenggara Barat).

    “Kesakralan ritual ini karena momennya bertepatan HUT RI ke 78 dan juga kekuatan Yama Raja ini bersamaan jatuh pada Wrespati (Kamis) Kliwon Langkir merupakan kelahiran beliau (Prabhu Ugrasena). Nah, gelaran ritual ini selain melibatkan sejumlah sulinggih di Bali, tokoh Sasak Lombok, NTB, juga pendeta dari Kabupaten Malang bagian selatan, Jawa Timur merupakan pusat dari bhirawa, dan jika di Bali biasanya disebut Dalem Sidakarya,” terangnya.

    Baca Juga:  Bawaslu Gianyar Diminta Laksanakan Fungsi CAT

    Guru Kresna Dwaja merinci, sarana banten memakai banten pokok bebali. Ya, banten bebali merupakan banten kuno pengadegan Sang Hyang Yama Raja. Selain itu, banten bebali dilengkapi sesajen berupa kerbau bertanduk emas berhiaskan giok didalam lidahnya itu, berasal dariajaran Sasak di NTB dan juga sesajen kejawen.

    “Banten bebali, sesajen kejawen, dan sesajen kerbau tanduk emas inilah yang  menghidupkan suasana ritual Homa Yamaraja Abhiseka Cakra Wrti yang memiliki tujuan doa bersama untuk semesta serta ajang seleksi pemimpin masa depan bernafaskan madani.

    Maka dari itu, undangan bersifat universal, mulai para tokok adat, tokoh pemuda Karangasem salah satunya Semeton Selem yang dinahkodai Jero Selem dari Tianyar Barat, Peradah, perkumpulan seni, sanggar-sanggar, KMHDI, GMNI, Perbekel, Camat, Bupati hingga pemangku kebijakan Propinsi, yakni Gubernur Bali,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Dua Desa asal Bali ini Tampil di  The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium

    Imbuh Guru Kresna Dwaja, selain ritual diatas, pihaknya juga mengajak seluruh undangan dalam kegiatan lepas burung dan ikan di areal pasraman sebagai simbol kebebasan di puncak perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 78.

    “Kemudian, pada akhir ritual akan dibagikan tirta dari ritual Homa Yamaraja Abhiseka Cakra Wrti ke seluruh kabupaten/kota di Bali, termasuk juga kepada undangan dari mataram kuno di Ambarawa, NTB dan Jawa Timur,” pungkasnya. (ard/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi