DenpasarNews UpdatePariwisata

Fenomena Pariwisata Bali

    DENPASAR, Kilasbali.com – Seiring meningkatnya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara datang dan berlibur ke Bali, beberapa fenomena pun mulai bermunculan. Tak hanya permasalahan kelakuan wisatawan asing ‘nakal’, juga muncul beberapa persoalan yang perlu segera ditangani.

     

    Fenomena yang terjadi belakangan ini pun dikupas tuntas dalam diskusi bersama komponen pariwisata. Diantaranya dari travel agent Market India, HPI, Forkom Desa Wisata, serta pengusaha di industri pariwisata lainnya. Diskusi itu berlangsung hangat di Bali Tourism Media Centre (BTMC), Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Senin (22/5).

     

    Diskusi yang dimoderatori Ketua Umum DPP Nawacita Pariwisata Indonesia (DPP NCPI) Gusti Kade Sutawa, menghadirkan dua narasumber. Yakni Kepala Dinas Pariwisata, Tjok Bagus Pemayun, dan Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan Bidang Pariwisata Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya.

     

    Berbagai isu pun dibahas. Mulai dari dukungan terhadap penggunaan kendaraan sepeda motor listrik, fenomena guide illegal, keasrian Pantai Kuta, hingga kemacetan arus lalu lintas di Bypass Ngurah Rai di Padanggalak, Sanur, Denpasar, Bali. Komponen pariwisata yang hadir berharap, pemerintah melakukan penanganan yang cepat menyikapi fenomena ini. ‘Do more talk less’.

    Baca Juga:  Hanya Koster-Giri Usung Warna Sakral Tridatu

     

    Dalam kesempatan itu, Agung Rai pariwisata memaparkan terkait pariwisata berkualitas, berkelanjutan, dan bermartabat yang tertuang dalam Pergub Bali nomor 28 tahun 2020 tentang Tata Kelola Pariwisata Budaya Bali.

    Yakni wisatawan yang menghormati nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal Bali, kemudian ramah lingkungan, waktu tinggal lebih lama, berbelanja lebih banyak, melakukan kunjungan berulang-ulang, dan berperilaku tertib dengan selalu menggunakan sarana transportasi usaha jasa perjalanan wisata.

    Seusai diskusi, Tjok Bagus mengatakan, Pemerintah Provinsi Bali tengah melakukan pembinaan dan penataan kepariwisataan Bali. “Kami sedang melakukan pembenahan, jadi wisatawan yang datang ke Bali sedang berlibur. Tidak boleh membuat usaha,” bebernya.

     

    Dia juga menerangkan bahwa di destinasi-destinasi pariwisata yang ada di Bali akan diberlakukan penggunaan motor ramah lingkungan. “Seperti di wilayah destinasi pariwisata Kuta, Ubud, dan Sanur,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Seribuan Pelari Ikuti Ngurah Rai Fun Run 2024

     

    Hal itu dilakukan agar wisatawan yang datang dan berlibur ke Bali merasa nyaman dan aman. Terlebih pihaknya kini tengah menyusun panduan wisatawan yang datang ke Bali, terkait mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

     

    “Seperti beberapa waktu lalu sempat adanya larangan wisatawan mengendarai sepeda motor. Namun pemerintah tengah mengakomodir untuk masyarakat yang memiliki usaha penyewaan sepeda motor, namun tetap dengan regulasi yang ada,” jelasnya.

     

    Dalam diskusi tersebut, ditegaskan juga dalam penataan pariwisata Bali juga dilakukan untuk guide. Salah satu langkah yang dilakukan bekerjasama dengan kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) terkait pemahaman kebudayaan kepada para guide.

     

    “Kami secara regular melakukan pembinaan dan penindakan. Karena guide beberapa ada lisensinya ada yang sudah mati. Sebab pariwisata Bali harus ada dua sisi, yaitu kualitas wisatawan dan kualitas destinasinya,” tegasnya.

     

    Lanjutnya, penataan destinasi pariwisata juga telah dilakukan oleh masing-masing kabupaten/kota, salah satunya di Pantai Kuta.  Termasuk rencana penerapan kendaraan ramah lingkungan.

    Baca Juga:  Nyoman Narendra Canakya Ressan Raih Gelar "Teruna Bali Cilik 2024"

     

    “Kuta lewat Dispar Badung sudah ditata pantainya. Karena salah satu penyumbang PAD terbesar di Badung, ya jangan di peras saja tapi harus ditata juga. Sebab Kuta salah satu barometernya di Bali, sehingga ketika kurang bagus dan kurang ditata maka kurang elok. Jika dibiarkan maka dirasa bahaya, wisatawan biasa saja beralih ke wilayah lain,” tegasnya.

     

    Sementara itu, Agung Rai mengatakan, diskusi ini berawal dari grup WhatsApp menyikapi fenomena yang terjadi belakangan ini. “Kami dari Pokli bekerjasama dengan Dinas Pariwisata mediasi dan menjawab fenomena yang terjadi, termasuk juga solusinya,” tegasnya.

     

    Ketua PHRI Badung ini juga menyinggung alasan menggandeng travel agent market India. Menurutnya, wisatawan India memiliki potensi yang tinggi. Bahkan, menyumbang kunjungan tertinggi kedua dari segi jumlah wisatawan yang datang Bali. “Mereka berharap, ada penerbangan secara langsung dari India ke Bali, karena hanya cukup memakan waktu tujuh jam perjalanan,” harapnya.  (jus/kb)

     

    Back to top button

    Berita ini dilindungi