Ekonomi BisnisGianyar

Kalah di Padi, Gianyar Utara Andalkan Jeruk Siam

    GIANYAR, Kilasbali.com – Padi memang produksinya kurang menggairahkan di sejumlah desa di Gianyar bagian utara. Namun, dukungan hawa sejuknya justru menjadikan  daerah ini produktif  sebagai penghasil buah-buah dan komoditas lainnya.

    Jeruk siam, kini salah satu andalan petani setempat bahkan sebagiab besar dipasarkan ke kota-kota di pulau Jawa.

    Dengan potensinya yang semakian menjanjikan, komoditas jeruk siam pun kini menjadi primadona. Bahkan termasuk  komoditas unggulan daerah setelah tanaman padi.

    Terlebih, permintaan jeruk ini terus  bertambah terutamanya, dari  hotel dan restoran di kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Semarang dan Surabaya.

    Baca Juga:  Rayakan Natal dengan Classic Rock di TUJU Ubud

    “Selain pasarnya masih sangat terbuka, ketersediaan buah ini belum mencukupi untuk kebutuhan luar Bali,” ungkap Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian Gianyar, Wayan Suarta, Kamis (23/12/2021).

    Dikatakan Suarta, salah satu keunggulannya jeruk Siam Gianyar berbuah mulai Juni, Juli dan Agustus, sedangkan jeruk Kintamani beru berbuah pada September, Oktober dan Desember.

    Jeruk Gianyar mendahului panen sehingga menguasai pasar. Tanaman ini banyak tumbuh di Payangan, Tegalalang dan Tampaksiring.

    Lanjutnya, komoditas jeruk ini pasarnya masih terbuka. Di Tahun 2021 ini produksi jeruk Gianyar mencapai 50.363 Ton. Dari jumlah ini, 60% komoditas dipasarkan di luar Bali, utamanya Semarang, Surabaya dan Jakarta.

    Baca Juga:  Jalan Pengosekan Ubud Mulus - Lalin Ngalir

    “Petani jeruknya sudah punya jaringan, sehingga komoditas jeruk dipasarkan secara bersamaan dengan petani lainnya,” jelas Suarta.

    Dijelaskannya juga, sampai saat ini, belum ada harga ekstrim, seperti membuang hasil panen pada saat harga benar-benar anjlok. “Selama ini laku, dan disaat harga anjlok petani jeruk tidak benar-benar merugi,” jelasnya lagi.

    Menariknya lagi menurt Suarta, sebagian petani menerapkan pola tumpang sari tanaman jeruk dengan komoditas Jahe. Komoditas jahe ini juga sangat menjanjikan, di mana jahe yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah jahe merah.

    “Jahe merah ini juga pasarnya terbuka, untuk kebutuhan obat herbal di Jawa, sehingga petani membudidayakan di bawah tanaman jeruk,” jelasnya.

    Baca Juga:  Sidak di Tegallalang, Satpol PP Temukan Pembangunan Villa Tak Kantongi Izin

    Sedangkan kapasitas tanaman Jahe ini baru mencakup sekitar 60 hektar dan tersebar di seluruh kecamatan di Gianyar.

    “Kalau jenis komoditas Jahe, Kunyit dan sejenis pasarnya masih sangat terbuka. Persoalannya petani belum bisa menanam secara konsisten,” pungkasnya. (ina/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi