GIANYAR, Kilasbali.com – Dalam beberapa rangkaian hari raya ini, komoditas buah-buahan yang menjadi kebutuhan dasar menjadi barang mahal di Gianyar. Lantaran ketergantungan buah-buahan dari daerah lain, harganya pun meroket. Namun syukurnya, anjloknya panen buah-buah lokal ini pemicunya ternyata karena petani kembali menanam padi, lantaran ketersediaan air irigasi kini sangat mencukupi.
Dari data yang dihimpun, Senin (3/4/2021), tahun 2020 beberapa komoditas buah mengalami penurunan hasil panen, bahkan terbilang nihil atau zero. Kondisi ini pun, mengharuskan warga Gianyar hanya mengandalkan impor buah dengan daerah lain.
“Sebelumnya buah lokal yang produktif di Gianyar adalah Semangka dan Melon. Namun di Tahun 2020 komoditas ini hamper nol,” ungkap Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Distan Gianyar, Wayan Suarta.
Hal ini terjadi karena komoditas buah ini sebelumnya ditanam di sawah, sebagai tanaman selingan. Namun hingga memasuki tahun 2020 seluruh subak masa tanam padi, setahun 3 kali padi, sehingga tidak ada jeda lagi untuk menanam semangka atau melon.
Sementara di Tahun 2021 ini, sebutnya, pola tanam 2 kali padi dan satunya tanaman sejenis sayur, seperti jagung, semangka, melon atau lainnya. “Penurunan produksi buah ini tidak berpengaruh secara nilai ekonomis. Justru sebaliknya dengan penanaman padi, perekonomian membaik,” jelasnya.
Sedangkan dua komoditas yang tidak ditanam tersebut tidak mempengaruhi capaian ekonomi, hanya ketergantungan buah dari sektor lain. “Tingkat konsumsi buah tersebut juga tidak begitu besar, bagi petani komoditas itu hanya selingan sebelum menanam padi,” ungkapnya.
Dari data yang ada, produksi buah selain semangka dan melon di Gianyar stabil. Seperti buah mangga mencapai 504 ton, jeruk 740 ton, pisang 130.264 tandan, salak berkisar 3,7 ton. Sedangkan komoditas jagung mengalami penurunan panen sekitar 13%. (ina/kb)