GIANYAR, Kilasbali.com – Covid-19 ini adalah cobaan hidup yang datang menyelimuti semua pundi pundi kehidupan. Terlebih Bali yang terlanjur “men-dewakan” pariwisata, kini tidak bisa teriak lantaran lumpuh.
Dalam kondisi inipula, sejumlah perupa di Ubud mengambil momentum mengajak masyarakat untuk bangkit dan jengah.
Melalui pameran bertajuk The Spirit of Covid-19, mereka mengajak masyarakt untuk melupakan wisatawan asing dan pariwisata.
Hampir sepekan memajang karya-karyanya tanpa pengunjung yang signifikan, lima perupa ini tetap terlihat tak patah arang dan masih memliki semangat tinggi.
Masing-masing, I Kadek Rudiantara alias Aboetd yang viral aksi nyeleneh dandanan celuluk, ada Agus Eri Putra, Nanang Ar, Ketut Weces, serta Dewa Merta Nusa.
Mereka yang menekuni bidang kanvas dari aliran berbeda ini, memiliki satu tekad, yakni menjadikan virus ini sebagai penyemangat.
“Kami tidak ingin Covid-19 ini mematikan semangat Bali dan Bangsa ini. Karena itu, Kami jadikan virus ini sebagai penyemangat untuk tetap hidup yang berdinamika. Virus corona bukan akhir dari segalanya namun awal kebangkitan,” ungkap Rudiantara, Senin (5/10/2020).
Dengan baragam tema di bidang kanvas dan kertas, puluhan lukisan yang mereka pajang di Suarti Boutique Village, Ubud, seakan menebarkan senyum dan mencoba menghilangkan kesedihan masyarakat.
Melalui karya dan tebaran kata-kata mutiara, mereka mengajak masyrakat untuk kembali bekerja dan bekerja dengan konsep era baru.
Karena Bali sujatinya tetap bisa eksis sebagaimana spirit kehidupan Bali Tempoe Doeloe yang tidak tergantung dengan pariwisata.
“Mari kita lupakan bule dan gemerincing dolarnya. Gugur hotel kita buat sawah lagi, gugur restaorant kita buat warung lagi. Mari kita menjadi pelayan, penikmat dan majikan di tanah Bali ini,” semangatnya.
Terlebih di awal bulan Oktober ini, eforia Kesaktian Pancasila yang menjadi dasar negara ini, sangat tepat dijadikan tongkatan penyemangat. Karena hingga kini Pancasila tetap di-dewakan Bangsa ini, karena kesaktianya.
Demikian pula semangat masyarakat harus tetap terjaga dan jadi benteng segala bencana termasuk musib global ini.
“Pancasila sebagai simabul pemersatu bangsa, mari kita tongkati bersama kesaktiannya sebagai pemersatu dan bersama-sama melepaskan diri dari belenggu bencana ini,” ajaknya.
Ditimpali oleh rekannya Ketut Weces yang meliki di aliran tradisional, menyebutkan pameran ini bertujuan untuk memberikan situasi baru di tengah pandemi Covid-19.
Kata dia, meski dihadapkan dengan permasalahan global, tetapi para seniman lukis tetap berusaha untuk tidak menyurutkan niat berkesenian dan bergaul di kancah seni rupa.
“Selama pandemi ini, memang banyak yang loyo. Bahkan banyak rekan seniman yang tidak bisa mengekspresikan diri. Kami mengharapkan upaya ini bisa menjadi contoh dan motivasi untuk sektor lain,” ucapnya
Lanjutnya, semangat di balik konsep The Spirit of Covid-19 ini, diyakini relevan dihidupkan di masa kini untuk acuan memahami situasi kekinian yang sedang dialami Bali, Indonesia dan seluruh umat manusia di bumi.
Bahwa alam memiliki hukum dan batas-batasnya, dan manusia mesti melakukan tindakan konstruktif dan pro aktif, adaptif menjalani peradaban baru.
“Pameran ini adalah ruang ekspresif untuk membangkit semangat baru. Semangat berkarya yang tidak melulu berorientasi dolar,” pungkasnya. (jus/kb)