JEMBRANA, Kilasbali.com – Petani cengkeh di Kabupaten Jembrana mengeluh. Pasalnya, harga komoditi pertanian ini semakin merosot.
Seperti yang terjadi di Desa Batuagung dan Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. Di wilayah perkebunan yang berbatasan dengan sungai ini, ada tiga subak abian yakni Munduk Waru, Gelarsari dan Pancaseming.
Sayangnya di tengah melimpahnya hasil panen cengkeh, sejak memasuki masa panen pada Mei lalu, harga cengkeh baik itu dalam kondisi basah maupun kering setiap harinya terus mengalami penurunan.
Diawal sebelum musim panen petani mendapatkan harga cengkeh basah (mentah) dikisaran Rp 29 ribu hingga Rp 30 ribu perkilogramnya. Bahkan harga cengkeh kering semula dikisaran Rp 100 ribu perkilogram. Namun sejak beberapa hari belakangan ini harga cengkeh justru merosot. Harga cengkeh mentah saat ini menyentuh Rp 23 ribu perkilogram. Begitupula harga cengkeh kering kini perkilonya hanya Rp 75 ribu.
Sejumlah pertani yang mengakui harga cengeh anjlok kini mengeluh. Salah seorang petani krama subak abian, Ida Bagus Komang Udiastika mengaku tidak mengetahui penyebab harga cengkeh anjlok disaat musim panen.
“Di mana-mana sekarang harga cengkeh turun drastis. Awalnya hargannya lumayan bagus, sampai tembus harga Rp 100 ribu. Entah apa penyebabnya harga cengkeh terus merosot setiap musim panen,” ujar petani cengkeh di wilayah Subak Panceseming ini, Kamis (13/6/2019).
Ia mengaku heran setiap musim panen petani selalu dirugikan. Padahal menurutnya musim panen kali ini tidak serempak dibanding musim panen sebelumnya. Di tengah anjloknya harga cengkeh, kini petani juga dihadapkan dengan ongkos buruh petik, pemilah katik hingga penjemur yang mahal.
“Buruh harian upahanya sampai Rp 120 perhari di luar makan dan minum,” ungkapnya.
Sementara itu, Kadis Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama mengakui musim panen cengkeh saat ini tidak merata. “Sudah mulai beberapa yang panen, tapi bertahap,” ujarnya.
Ia menyebut salah satu resiko dibidang pertanian adalah merosotnya harga. “Resiko dipertanian, kalau sudah panen raya pasti dah mulai (turun harga),” ungkapnya.
Menurutnya saat ini pemerintah tidak bisa menetapkan harga cengkeh sehingga petani cengkeh menyetok hasil panennya untuk menunggu harga kembali stabil.
“Tidak seperti dulu diatur pemerintah, sekarang seolah bebas seperti produk yang lain. Kita berharap petani mengantisipasi. Kalau memang harganya rendah di stok dulu. Semoga hujannya tidak terlalu sering sehingga keringnya juga bagus agar petani menjual cengkeh kering,” tandasnya. (gus/kb)