GIANYAR, Kilasbali.com – Ratusan godel adu ules dalam tradisi unik “Maedengan Godel“ di Desa Adat Susut, Buahan, Payangan, Minggu (23/3).
Dalam Tradisi ini, seluruh pemilik sapi muda/godel digiring dan dikumpulkan di areal Setra adat setempat untuk dinilai secara spiritual.
Sepasang godel (jantan dan betina) terbaik dipilih oleh tim khusus, lanjut akan dijadikan kurban sesajen Tawur Kasanga.
Mulai Pukul 07.00 Wita, seluruh godel peliharaan yang ada di desa setempat digiring menuju alun-alun desa. setiap warga yang memiliki godel mewajibkan diri untuk membawa godelnya meski tidak mudah untuk menggiringnya. Tak jarang ada yang membawa induknya, agar godel yang akan disertakan itu ikut membuntuti.
Lantaran godelnya belum jinak, beberapa peserta bahkan nyaris terseret. “Terpaksa saya bawa induknya, karena godelnya masih rengas,” terang I Nyoman Redana.
Dari penuturan Bendesa Adat Susut, I Ketut Kumara Natha Tradisi Maedengan Godel ini, dijalani warga adat setempat secara turun temurun. Intinya, setiap warga yang memiliki ternak godel, mewajibkan diri untuk membawa godelnnya.
Dan untuk tahun ini, godel jantan yang terpilih adalah milik I Wayan Suda harga dan godel betina milik I Nyoman Komplotan. “Sekalipun mereka enggan menjual godelnya, kali ini mereka wajib menunjukkan kondisi ternaknya itu,“ ungkapnya.
Kumara Natha menambahkan, tradisi ini wajib digelar sebagai khaul desa di masa lampau. Sebab, dari cerita leluhur meraka, keberadaan tradisi ini berawal ketika desa mengalami gering/paceklik.
Kemudian nyembul pawisik, agar setiap Tawur Kesanga warga desa wajib mempersembahkan kurban godel jantan yang dihaturkan persimpangan agung dan sesajen berkurban godel betina dihaturkan di Pura Dalem setempat.
Warga pun pantang menolak atau melarang, jika godelnya terpilih sebagai kurban. Malah sebaliknya, warga merasa bersyukur, karena ternaknya mendapat kehormatan dan kesempatan untuk meningkatkan derajatnya lantaran menjadfi kurban suci tawur.
“Dulunya, ternak godel yang terpilih langsung digunakan tanpa ganti rugi. Namun, kini kami sesuaikan dengan harga pasaran,” pungkasnya.
Nyoman Komplotan, warga yang godel betinanya terpilih sebagai kurban mengaku sangat berbangga. Sejak awal pun dirinya yakin, jika godelnya bakal terpilih. Karena kualitasnya juga mendekati sempurna.
“Godel saya ini, nyaris tidak ada cacatnya. Kulitnya mulus, bodinya juga mendekati sempurna. Memang, godelnya saya ini termasuk bibit unggul,” ungkapnya bangga.
Ditambahkannya, dari keyakinan peternak, mereka wajib mengikuti tradisi itu. Sebab, sebelum ikut “Maedengan Godel” mereka pantang menjual ternaknya itu.
Kalaupun tidak di jual, maka, ternaknya akan kena musibah atau gagal. Kecuali bila godelnya baru berumur dibawah dua minggu. “Itupun, sehari sebelumnya sudah harus melapor ke Prajuru adat,” ujarnya. (Ina/kb)