BadungSeni Budaya

Begini Komitmen Giri Prasta Lestarikan Adat – Budaya di Bumi Panji Sakti

MANGUPURA, Kilasbali.com – Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menunjukkan komitmennya dalam melestarikan adat, agama, tradisi, seni, dan budaya Bali di Bumi Panji Sakti dengan menghadiri Upacara Pengabenan Kinembulan “Sawa Wedana-Atma Wedana Utama” di Desa Adat Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Kamis (5/12).

Kehadiran Bupati Giri Prasta di acara tersebut mencerminkan kepedulian yang mendalam terhadap nilai-nilai luhur adat Bali. Pentingnya menjaga tradisi leluhur sebagai warisan tak ternilai yang harus terus dirawat oleh generasi saat ini. “Saya apresiasi atas suksesnya karya yang telah dilaksanakan, dimana karya ini merupakan karya yang utama dan telah sesuai dengan sastra serta ajaran agama Hindu. Karya ini disebut dengan mamukur kinembulan, memukur artinya nyekah dan kinembulan artinya bersama atau secara gotong royong,” ujarnya.

Baca Juga:  Kisah Barong landung dan Sri Dewi, Indonesia Kaya Hadirkan Cerita Rakyat 

Sebagai wujud dukungan Bupati Giri Prasta atas pelaksanaan karya, Bupati menyerahkan  dana punia secara pribadi sebesar Rp 50 juta dan mepunia Rp 2,7 juta untuk sembilan anak Penari Pendet dan Cendrawasih, Rp 10 juta untuk Sekaa Kidung dan PKK.

Bupati mengharapkan, rasa gotong royong dan persatuan krama Desa Adat Dencarik harus tetap dijaga demi kemajuan pembangunan Desa yang akan diwariskan kepada generasi penerus. “Upacara seperti ini adalah wujud nyata keagungan budaya dan spiritualitas masyarakat Bali. Kita wajib menjaga tradisi ini agar tetap lestari di tengah modernisasi. Semangat kebersamaan seperti ini sangat penting untuk terus dipertahankan. Gotong royong dalam melaksanakan upacara adat adalah kekuatan utama masyarakat Bali,” tambahnya.

Baca Juga:  Pesan Wabup Suiasa untuk Perguruan Pencak Silat Kertha Wisesa

Pengabenan Kinembulan Sawa Wedana-Atma Wedana Utama adalah salah satu upacara yang wajib dilaksanakan dengan bertujuan untuk menyucikan roh leluhur dan membimbingnya menuju moksa. Upacara ini melibatkan berbagai prosesi adat yang sarat makna, mulai dari persiapan upakara hingga puncak acara pengabenan.

Upacara pitra yadnya/atiwa-tiwa, atma wedana dan sarwa prakerti ini merupakan sebuah sarana upacara untuk menyucikan atma sehingga menjadi Dewa Hyang Guru dan melinggih di merajan Rong Tiga. “Dengan konsep padu muka, bila Rong Tiga menghadap ke Barat, Puspa Lanang dengan Betaranya Brahma melinggih di rong sebelah Selatan (kiri) dan puspa istri bhataranya Wisnu melinggih di rong sebelah Utara (kanan) dan yang di tengah-tengah Siwa Guru,” jelasnya.

Selain memberikan dukungan moral, kehadiran Bupati Badung juga menjadi simbol sinergi antar kabupaten dalam melestarikan budaya Bali. Ia berharap kolaborasi seperti ini dapat terus diperkuat demi menjaga keunikan Bali sebagai destinasi budaya dunia. “Menjalankan dharmaning ini, diharapkan bisa mempererat persaudaraan dan persatuan pasemetonan yang ada agar tidak terpecah belah, saya berharap rangkaian karya dapat berjalan dengan lancar labda karya sida sidaning don gemah ripah loh jinawi,” pungkasnya. (m/kb)

Back to top button

Berita ini dilindungi