TABANAN, Kilasbali.com – Tanah Lot Art and Food Festival V resmi dibuka pada Jumat (23/8). Kegiatan yang juga dikenal dengan sebutan Festival Tanah Lot itu diawali dengan parade gebogan yang diikuti oleh ratusan orang ibu-ibu PKK dari 23 banjar adat se-Kecamatan Kediri.
Para ibu yang berparade tersebut dengan rapinya mengusung gebogan atau sesajen yang berupa susunan buah-buahan dan jajanan setinggi hampir 50 sentimeter.
Mereka berparade mengitari beberapa areal objek wisata Tanah Lot dengan diiringi gamelan beleganjur dari masing-masing perwakilan desa adat.
Menariknya, parade tersebut berlangsung pada sore hari atau tepatnya menjelang senja. Itu sebabnya, parade tersebut dikemas ke dalam tema Sunset in Paradise.
Iring-iringan parade tersebut menjadi salah satu kegiatan festival yang mengundang kekeguman wisatawan, baik asing maupun domestik, yang sedang berkunjung ke Tanah Lot.
Hampir tiap pengunjung berusaha mengabadikan iring-iringan parade tersebut dengan kamera ponsel mereka sebagai kenang-kenangan berlibur.
Selain parade gebogan, festival tersebut juga menyuguhkan pertunjukan kesenian tradisional lainnya seperti tari-tarian tradisional yang dipentaskan pada salah satu venue di arena festival.
Dan, sesuai dengan namanya, Tanah Lot Art and Food Festival, kegiatan tersebut juga menyediakan puluhan stan kuliner yang menyuguhkan berbagai menu makanan dan minuman.
Bahkan, dalam pelaksanaannya di tahun ini, Tanah Lot Art and Food Festival menyuguhkan Klinik Kuliner yang meramu kuliner tradisional Bali.
Klinik Kuliner tersebut mengangkat proses pembuatan dan penyajian beberapa kuliner tradisional yang sudah langka seperti Jaja Orog-Orog, Taluh Kiping, Tipat Mekuah, dan Kakul Suna Cekuh.
Di malam harinya, festival menyuguhkan pertunjukan hiburan musik yang segmennya ditujukan bagi warga sekitar objek wisata Tanah Lot.
Festival yang kali ini mengangkat tema Pancaka Tirta ini dibuka secara resmi oleh Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya.
Menurutnya, festival ini memberikan dampak di berbagai bidang bagi masyarakat sekitar. “Baik dampak ekonominya, sosialnya, budayanya,” jelasnya.
Baginya, esensi dari Tanah Lot Art and Food Festival ini bukan semata-mata sebagai ajang mempromosikan Tanah Lot sebagai objek wisata yang sudah terkenal sedunia.
“Tapi kembali lagi memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.
Apalagi, sambung Sanjaya, pariwisata yang berkembang di Tanah Lot mengarah pada wisata relijius.
Karena itu, di kesempatan yang sama pihaknya memberikan sumbangan Rp 8 miliar untuk pemugaran Pura Luhur Tanah Lot yang menjadi ikon utama objek wisata tersebut.
“Apa yang didapat dari Tanah Lot ini dikembalikan lagi tatkala perlu renovasi, pemugaran, upacara untuk parahyangan. Kami kembalikan,” tukasnya. (c/kb).