TABANAN, Kilasbali.com – Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, meminta objek wisata Jatiluwih berkembang dengan tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai wilayah pertanian.
Hal tersebut disampaikan Sanjaya usai membuka Festival Jatiluwih V pada Sabtu (6/7). Festival ini akan berlangsung selama dua hari dan berakhir besok, Minggu (7/7).
“Saya sudah berpesan ke manajer (Daya Tarik Wisata/DTW Jatiluwih agar warisan leluhur ini tetap dijaga. Menjaga ciri khas Jatiluwih,” kata Sanjaya.
Upaya mempertahankan ciri khas wilayah inilah yang membuatnya memberi apresiasi terhadap pelaksanaan festival tersebut.
“Kita kan mengetahui Jatiluwih telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO,” imbuhnya.
Karena itu, ia mengapresiasi upaya pengelola mengangkat potensi lokal di Jatiluwih. Tidak hanya dari sisi pertanian dan sistem pengairannya, namun kuliner dan tradisinya.
“Kulinernya ada laklak, klepon, teh beras merah, bubur, semuanya hasil pertanian Jatiluwih,” bebernya.
Dengan upaya ini, sambungnya, ia berharap Jatiluwih tidak saja menjadi objek wisata yang dikunjungi wisatawan mancanegara. Namun, Jatiluwih juga menjadi tujuan wisata turis domestik.
“(Wisatawan) domestik juga banyak datang ke Bali. Mereka juga ingin menikmati (liburan di Bali). Ketika mereka sibuk dengan kehidupan kota mereka datang untuk healing,” tukasnya.
Sementara itu, Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna, mengungkapkan bahwa pelaksanaan festival kali ini lebih banyak melibatkan penduduk lokal.
“Agar masyarakat bisa menikmati apapun kegiatan di sini,” katanya.
Festival ini akan berlangsung sampai Minggu (7/7) besok dengan menyuguhkan berbagai aktivitas kesenian, kuliner, hingga pertanian.
“Hari ini ada kegiatan mencangkul atau proses penggarapan lahan. Besok ada matekap atau membajak sawah,” jelasnya.
Ia berharap festival yang mengangkat tema Swasthi Bhuana dengan makna membahagiakan bumi ini bisa digaungkan kepada wisatawan asing maupun domestik.
Karena itu, di festival ini pihaknya mengundang stakeholder kepariwisataan seperti perkumpulan guide, asosiasi perjalanan wisata, PHRI, dan lainnya.
“Untuk menggaungkan bahwa di Jatiluwih ada festival setiap tahunnya,” pungkas Purna. (c/kb)