Tabanan

Beras Merah Turut Jadi Daya Pikat Delegasi WWF 2024 di Jatiluwih

    TABANAN, Kilasbali.com – Selain sistem pengairan tradisional oleh subak, padi beras merah turut menjadi daya pikat tersendiri bagi delegasi World Water Forum (WWF) 2024 yang berkunjung ke objek wisata Jatiluwih, Kecamatan Penebel.

    Ini terungkap dalam kunjungan rombongan delegasi WWF 2024 dari UN Environment Programme yakni Ranitya Nurlita pada Senin (20/5).

    “Mereka lebih banyak bertanya. Bagaimana air di sini diatur dan padi apa yang kami tanam di sini,” ungkap Manaje Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Ketut Purna.

    Pihaknya menerangkan, areal persawahan di Jatiluwih berbeda dibandingkan dengan areal persawahan di daerah lainnya.

    Baca Juga:  Persewangi VS Bali United, Laskar Blambangan Hadapi Tantangan Tim Lebih Kuat

    Bila areal persawahan di tempat lain bisa panen tiga kali dalam setahun, di Jatiluwih hanya bisa dua kali dalam setahun.

    Hal itu disebabkan, karena para petani di Jatiluwih punya kewajiban untuk menanam padi beras merah yang masa tanamnya sampai enam bulan.

    “Karena kita wajib menanam padi beras merah cendana,” jelasnya.

    Baca Juga:  BPBD Tabanan Luncurkan Relawan Tarisa untuk Perkuat Penanganan Bencana Tahap Awal

    Ia menerangkan, produksi padi beras merah di Jatiluwih bisa berkisar 6-7 ton per satu hektare sawah. Sementara luas sawah di Subak Jatiluwih secara keseluruhan mencapai 227 hektare.

    “Pada awal Januari (petani Jatiluwih) harus menanam (padi) beras merah. Setelah itu, Agustus (tanaman) bebas. Bisa padi beras putih atau palawija,” imbuhnya.

    Menurutnya, kewajiban menanam beras merah sudah menjadi wasiat turun-temurun dari para nenek moyang para petani di Jatiluwih.

    Baca Juga:  Partisipasi Pemilih Banjar Delod Rurung dan Bada Gede di Desa Antosari Diprediksi 80 Persen

    “Pernah diujicobakan agar rasanya lebih bagus dan hasilnya lebih banyak, tapi tetap yang original lebih baik,” tukasnya.

    Berhubung delegasi yang berkunjung bergerak di bidang lingkungan, pihaknya mendapatkan saran untuk memanfaatkan pupuk organik.

    “Mereka juga akan membantu memperkenalkan bagaimana cara membuat pupuk organik,” tandas Purna. (c/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi