GIANYAR, Kilasbali.com – Dunia peternakan menjadi sektor rentan gagal setelah pertanian di tengah musim ekstrim sekarang ini.
Di Gianyar, kini peternak bebek atau itik yang dirundung was-was karena banyak laporan kematian yang mencapai 30 hingga 40 persen dalam satu kandang.
Dari keterangan I Made Santra, seorang peternak bebek di Desa Medahan, Blahbatuh, kematian ternaknya dipastikan akibat cuaca tidak menentu dan hujan datang tiba-tiba.
“Banyak ternak itik di daerah kami yang mati mendadak. Bahkan dari 70 ekor yang dipelihara yang mati mendadak sampai 20 hingga 30 ekor. Kondisi ini mengkhawatirkan peternak,” terang Santra, Senin (25/3).
Saat dikonfirmasi, Kepala UPT Kesehatan Hewan Gianyar 1, Nyoman Arya Darma menjelaskan saat ini pada manusia didominasi penyakit demam berdarah.
“Sedangkan untuk hewan saat ini didominasi penyakit pada itik. Selain itu juga di Gianyar sedang waspada penyakit virus ASF atau virus Afrika pada Babi,” jelas Arya Darma.
Dikatakan Arya Darma ternak itik yang mati di dominasi di Gianyar Selatan. Saat ini sedang dilakukan pendataan dan mencari penyebab penyakit penyebab kematian mendadak.
Namun, dari hari pengamatan awal, ternak itik yang mati tersebut adalah kandang lepas. Dalam artian ternak itik peternak berada dan saluran irigasi atau saluran got.
“Kandang itu hanya di pagar dengan jaring, tidak dibuat kandang permanen. Hanya memanfaatkan air saluran irigasi atau saluran got,” jelas Arya Darma.
Diduga karena saluran got kotor dan ditambah saat hujan juga membawa sampah kiriman, menyebabkan kebersihan kandang tidak terjaga.
“Dugaan sementara karena ternak itik berada di kandang lepas dan memanfaatkan saluran air got, sehingga mempengaruhi kesehatan hewan,” jelasnya.
Arya Darma mengimbau kepada peternak itik agar tidak lagi menempatkan ternak pada saluran got, karena tercemar.
Dikatakannya kondisi tersebut lebih banyak terjadi di daerah Batubulan. Sampai saat ini sudah ada lima peternak itik yang mengalami kematian ternaknya. Dimana skala jumlah ternak di bawah 100 ekor ke bawah.
“Ini ternak sambilan, jumlahnya tidak lebih dari 100 ekor. Walau demikian, setiap ada keluhan kematian ternak harus kita antisipasi agar tidak meluas dan menyebabkan peternak mengalami kerugian lebih besar,” pungkasnya. (ina/kb)