DENPASAR, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster membeberkan pencapaian pembangunan Manusia Bali dalam berbagai aspek, dari periode tahun 2022 – 2023 sesuai dengan data BPS.
Hal itu disampaikan Koster saat peluncuran Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 di Panggung Ardha Candra, Taman Provinsi Bali belum lama ini.
Capaian itu mulai dari ekonomi Bali yang mulai pulih dan bangkit kembali, tumbuh positif sebesar 4,84%; kemudian tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 76,86%; selanjutnya jumlah penduduk produktif mencapai 70,27%, yaitu sebanyak 3,14 juta jiwa dari jumlah penduduk Bali sebanyak 4,47 juta jiwa.
“Data ini mencerminkan Bali berada dalam masa bonus demografi, karena lebih dari 70% penduduk Bali merupakan usia produktif (15-65 tahun),” kata Koster.
Koster juga menyampaikan rasio ketergantungan penduduk Bali mencapai sekitar 42%. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif di Bali menanggung 42 orang penduduk usia tidak produktif. “Bali berada dalam masa bonus demografi,” imbuhnya.
Terkait tingkat kepadatan penduduk di Bali, mencapai 773 jiwa per km2. Tingkat pengangguran terbuka mencapai 4,80% sedangkan persentase penduduk miskin sebesar 4,53%, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 9,57%, paling rendah dari 34 provinsi di Indonesia
Menurut kriteria Bank Dunia, lanjut dia, tingkat ketimpangan pendapatan di Bali termasuk dalam kategori rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bali mencapai sebesar 76,44, lebih tinggi dari IPM nasional, sebesar 72,91, peringkat ke-4 dari 34 provinsi di Indonesia.
“Angka stunting sebesar 8,0%, paling rendah dari 34 provinsi di Indonesia, angka stunting nasional sebesar 21,6. Fasilitas dan tenaga kesehatan tersedia dalam jumlah dan kualitas relatif memadai. Jaminan kesehatan telah mencapai Universal Health Coverage atau UHC sebesar 98%, tertinggi di Indonesia.
Koster juga menyinggung ketersediaan air minum dari berbagai sumber air untuk kebutuhan rumah tangga sudah cukup memadai. Elektrifikasi rumah tangga sudah mencapai 100%. Kemudian persentase rumah tangga yang memiliki layanan sanitasi layak secara mandiri sebesar 86%.
Terkait pertanian, Koster menyampaikan Bali memiliki sawah seluas 71.836 ha, yang sudah organik seluas 54.931 ha atau 77%, serta hortikultura dan perkebunan yang secara keseluruhan sudah organik. Kata dia, Bali dianugrahi plasma nuftah yang sangat produktif yakni sapi Bali, babi Bali, kerbau lokal Bali, kambing lokal Bali, ayam lokal Bali, dan bebek lokal Bali.
“Bali dianugrahi potensi perikanan yang sangat kaya dan unggul, terdiri atas: perikanan tangkap di laut, perikanan tangkap di perairan umum, perikanan budidaya; seperti ikan tuna, ikan kerapu, ikan kakap, ikan bawal, ikan tongkol, ikan hias, udang, dan kepiting serta budidaya rumput laut,” jelasnya.
Koster menambahkan, Pemerintah Provinsi Bali menerapkan kebijakan Bali Mandiri Energi dengan Energi Bersih; dan Bali mampu memenuhi kebutuhan energi, dengan daya mampu sebesar 1.322 MW, sedangkan kebutuhan beban puncak sebesar 980 MW. “Namun, Bali belum mandiri energi karena sebesar 370 MW masih disuplai dari luar Bali,” pungkasnya. (jus/kb)