GIANYAR, Kilasbali.com – Meski tawaran gaji terbilang besar, namun minat Pekerja Migra Indonesia (PMI) asal Gianyar ogah memilih kerja magang di Jepang. Kendala utamanya adalah kontrak kerja yang dipatok minimal 3 tahun. Karena itu pula kapal pesiar yang kontrak kerjanya hanya hitungan bulan tetap menjadi favorit.
LPK Mentari ASA , salah satu lembaga yang menyalurkan tenaga kerja di Gianyar mengungkap, ada kecendrungan penurunan jumlah PMI yang bekerja magang di Jepang.
“Iya dari beberapa LPK Jepang yang ada di Gianyar, PMI memang minim yabg berminat. Khususbya PMI asal Gianyar lebih memilih bekerja di kapal pesiar,” ungkap Direktur LPK Mentari ASA Bali, I Nyoman Artawa Putra, Rabu (19/7).
Di lembaganya sendiri, disebutkan mengirim 15-20 orang PMI ke Jepang setiap tahunnya. Sekarang sudah hampir 50 orang. Dari total itu, jumlah warga Gianyar hanya 15 orang. Kebanyakan orang Bangli, Karangasem, dan Singaraja.
Pekerjaan yang biasanya dilakoni PMI yang dikirimnya ke Jepang adalah bekerja di pertanian, peternakan, pengolahan makanan, merawat lansia dan di bidang konstruksi atau di bagian pengelasan.
“Mereka tersebar di kota Ibarakhi, Kochi dan Aichi. Juga ada di Nagoya dan Osaka untuk pekerjaan pengolahan makanan dan perawat lansia,” terangnya.
Terkait biaya keberangkatan, Artawa mengatakan, membutuhkan biaya sekitar Rp 35 juta. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pembuatan paspor, medical chek up, visa, tiket pulang pergi, dan sebagainya. Bahkan sudah termasuk BPJS Ketenagakerjaan.
“Rata-rata gaji per bulannya dari Rp 180 ribu sampai 220 ribu yen. Mereka yang bisa berangkat minimal usia 19 sampai 30 tahun,” ujar Artawa.
Meskipun kerja di Jepang cukup menjanjikan, Artawa menduga ada beberapa alasan warga Gianyar enggan memilih bekerja di Jepang, dan justru lebih memilih di kapal pesiar. Salah satunya adalah durasi kerja di Jepang minimal 3 tahun.
“Orang Gianyar itu memang jarang mau merantau lama. Kalau di pesiar 8 bulan sudah bisa pulang, kalau di Jepang 3 tahun baru bisa. Selain itu, untuk bekerja di Jepang juga harus punya keahlian khusus. Kalau di pesiar, yang penting bisa bahasa Inggris sudah bisa,” ujar mantan anggota DPRD Gianyar itu. (ina/kb)