JAKARTA, Kilasbali.com – Pemerintah terus berupaya memperkuat dan mengembangkan sektor pertanian. Salah satu upayanya adalah dengan transformasi digital di sektor pertanian. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, petani kini didorong agar dapat mengakses berbagai layanan secara online.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pembiayaan Pertanian di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Indah Megahwati. “Digitalisasi pertanian yang dirintis oleh Direktorat Pembiayaan Pertanian dan sudah mulai diterapkan meliputi pembiayaan online, sistem informasi pertanian, asuransi pertanian, dan analitik data pertanian,” papar Indah.
Indah memberi contoh digitalisasi pembiayaan online yang telah digunakan pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pertanian. Platform ini memanfaatkan teknologi digital untuk menghubungkan petani dengan perbankan selaku pemberi pinjaman. Berkat sistem yang sudah terdigitalisasi, petani dapat mengajukan pinjaman secara online dengan mudah dan cepat.
“Prosedur yang sederhana dan cepat berkat digitalisasi memungkinkan petani untuk mendapatkan akses ke dana yang dibutuhkan dalam waktu singkat, yang dapat digunakan untuk membeli benih, pupuk, alat mesin pertanian, dan pembiayaan investasi pertanian lainnya,” lanjut Indah.
Selain itu, digitalisasi juga telah mempermudah proses verifikasi dan evaluasi kredit, yang mempercepat pencairan dana kepada petani yang membutuhkan pembiayaan. Dengan adanya data dan informasi yang tercatat secara digital, lembaga keuangan dapat melakukan analisis risiko dan penilaian kredit dengan lebih efisien. “Saya meyakini digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan petani memperoleh akses yang lebih luas terhadap pembiayaan yang mereka butuhkan,” tukas Indah.
Lewat KUR pula petani didorong untuk memodernisasi budi daya dan pengelolaan lahannya dengan pembelian alat dan mesin pertanian (alsintan) dengan skema kredit. “KUR memungkinkan petani membeli alsintan termasuk yang berbasis digital seperti drone,” kata Indah.
Teknologi digital seperti sensor, drone, dan satelit memungkinkan petani untuk memantau kondisi tanaman secara real-time. Mereka dapat mendapatkan informasi tentang tingkat kelembaban tanah, kebutuhan air, tingkat nutrisi, dan serangga atau penyakit yang mungkin menyerang tanaman. Dengan informasi ini, petani dapat mengambil tindakan yang tepat waktu untuk mencegah kerugian dan meningkatkan hasil panen.
Asuransi Pertanian Berbasis Digital
Indah juga mengatakan bahwa pemerintah menyadari jika sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap risiko-risiko alam, seperti bencana cuaca ekstrem, kekeringan, dan banjir. Untuk mengurangi risiko tersebut, digitalisasi pertanian telah memainkan peran penting dalam melindungi petani melalui asuransi pertanian.
Indah memberi contoh program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan program Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTSK) yang telah bergulir. Untuk melengkapi program ini, pemerintah bekerjasama dengan Asuransi Jasindo telah mengeluarkan aplikasi Protan (Proteksi Pertanian). Aplikasi ini merupakan penyempurnaan dari aplikasi SIAP (Sistem Asuransi Pertanian) yang sudah ada sejak 2019.
“Hadirnya aplikasi tentu diharapkan memudahkan para petani dan peternak. Proses pendaftaran hingga klaim bisa melalui aplikasi. Di aplikasi terdapat fitur pendaftaran peserta, e-polis, pelunasan premi, dan pelaporan,” jelas Indah.
Dengan digitalisasi pertanian, masih menurut Indah, asuransi pertanian kini menjadi lebih mudah diakses oleh para petani. Mereka dapat mendaftar melalui platform digital yang menyediakan informasi tentang produk asuransi yang tersedia, premi yang harus dibayarkan, dan manfaat yang akan diterima jika terjadi kerugian.
Digitalisasi dalam Analitik Data Pertanian
Indah menjelaskan pula soal digitalisasi dalam analitik data pertanian. Dengan digitalisasi pada sektor ini maka diharapkan akses petani pada informasi menjadi lebih mudah. Digitalisasi memungkinkan petani untuk dengan mudah mengakses informasi terkini tentang prakiraan cuaca, teknik pertanian terbaru, harga komoditas, dan praktik terbaik dalam pertanian. Informasi ini membantu petani dalam membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan produktivitas mereka
Melalui platform digital, petani juga dapat terhubung dengan petani lain, peneliti, dan pakar pertanian. Mereka dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik, serta memperluas jaringan mereka. Kolaborasi seperti ini dapat mempercepat inovasi dalam pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani secara keseluruhan.
Menariknya, digitalisasi pertanian juga mulai digunakan untuk merespons tantangan perubahan iklim, seperti fenomena cuaca El Nino. “Direktorat Pembiayaan Pertanian sudah mempunyai program digitalisasi untuk memantau cuaca, iklim, dan kesuburan lahan. Itu kita sudah ada pakai aplikasi digital yang bisa diakses petani,” tutur Indah.
Melalui aplikasi petani akan dapat dimudahkan dalam perencanaan penanaman, penggunaan pupuk, dan irigasi yang lebih efisien. Pemetaan juga dapat membantu petani dalam mengelola lahan mereka dengan lebih baik dan meningkatkan penggunaan sumber daya secara optimal. Melalui teknologi digital seperti pemetaan satelit dan GPS pula, petani dapat memetakan lahan mereka dengan lebih akurat.
Digitalisasi Transaksi dan Tata Kelola Pertanian
Selain menyediakan aplikasi dan platform digital, Indah mendorong petani agar lebih melek digital. Pihaknya pun bertekad akan terus menyosialisasikan pentingnya digitalisasi bagi petani. Misalnya dalam hal transaksi elektronik, menurut Indah, digitalisasi memungkinkan petani untuk melakukan transaksi secara elektronik, baik dalam pembelian input pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida, maupun dalam penjualan hasil panen. “Ini mengurangi ketergantungan pada transaksi tunai dan memudahkan petani dalam melacak dan mencatat transaksi mereka,” ujar Indah.
Indah juga mengatakan bahwa petani harus menyadari bahwa digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. “Automatisasi, penggunaan alat-alat presisi, dan analisis data membantu mengurangi kerugian dan meningkatkan produktivitas,” tukas Indah. Indah memberi contoh sistem irigasi otomatis yang dapat mengatur suplai air secara cerdas berdasarkan kebutuhan tanaman, menghemat air dan energi.
Selain itu, digitalisasi juga bisa dimanfaatkan untuk manajemen inventaris yang memudahkan petani dalam mengelola inventaris mereka, seperti stok benih, pupuk, dan alat pertanian. “Dengan menggunakan perangkat lunak atau aplikasi yang sesuai, mereka dapat melacak persediaan, memperkirakan kebutuhan masa depan, dan menghindari kekurangan atau kelebihan stok,” sambung Indah.
Terakhir dan tak kalah penting, Indah mengingatkan pentingnya petani mendigitalisasi dirinya untuk membantu pemasaran dan distribusi hasil panennya. “Platform digital memungkinkan petani untuk mencapai pasar yang lebih luas dan menjual produk mereka secara online. Ini membantu mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak lokal,” kata Indah.
Indah menyimpulkan bahwa digitalisasi telah meningkatkan efisiensi dalam mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan sektor ini. Indah juga mendorong generasi muda tak sungkan ikut menekuni sektor pertanian. Mengingat dengan digitalisasi, usaha tani akan semakin maju, mandiri, dan modern.
“Digitalisasi pertanian membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah bagi sektor pertanian Indonesia karena meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki taraf hidup petani. Ini akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kita,” pungkas Indah. (rl/kb)