Ekonomi BisnisGianyarNews Update

‘Menggila’ Saat Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok Mulai ‘Bersahabat’

    GIANYAR, Kilasbali.com – Tak hanya lantaran permintaan meningkat tajam, hambatan distribusi juga mengakibat harga kebutuhan pokok ‘menggila’ selama lebaran. Syukurnya, kini harga kebutuhan pokok mulai ‘bersahabat’ dan aktivitas di sejumlah pasar di Gianyar bergairah lagi.

     

    Dari penuturan Ibu Ayu, salah seorang pedagang kebutuhan pokok di Pasar Rakyat Gianyar, mengungkapkan, beberapa komoditi yang berasal dari luar Bali, seperti Janur, Jahe, Bawang merah, bawang putih, kencur, jahe sempat mengalami peningkatan harga yang mencolok.

     

    Hal ini karena pemasok menunda pengiriman barang ke Bali, karena pemasok melaksanakan Hari Raya Idul Fitri. Bahkan janur yang sebelumnya Rp 25 ribu satu ikatnya pernah mencapai Rp 40 ribu per ikat. Di sisi lain pasokan janur lokal tidak mencukupi untuk di Bali.

     

    Baca Juga:  Salahgunakan Subsidi Pertanian, Siap-siap Berurusan dengan Hukum

    Kadisperindag Gianyar, Luh Gede Eka Suari menyebut, kalau kelapa di Bali sangat banyak. “Kami kira persoalannya, tukang panjat kelapa semakin sedikit dan tidak mungkin panjat kelapa saat musim hujan, karena licin,” ungkap Ibu Ayu, Rabu (3/5).

     

    Dikatakan, saat ini harga-harga sudah kembali normal, karena pasokan dari luar Bali sudah kembali normal.

    Baca Juga:  Pemprov Bali Genjot PWA

     

    Diakuinya, sebagian besar kebutuhan sembako termasuk bumbu bergantung pada pasokan dari luar Bali. “Umumnya harga naik karena kurangnya pasokan dan faktor cuaca atau gagal panen,” ujarnya.

     

    Hanya saja beberapa komoditi yang masih tinggi harganya adalah beras medium harga jual lebih tinggi dari HET, Rp 12.800 menjadi Rp Rp 13.000. Komoditi sayur kacang panjang biasanya Rp 10.000 per ikat harganya Rp 14.000.

     

    “Secara umum, harga-harga stabil, hanya beras, gula pasir dan kacang panjang yang harganya masih di atas HET,” ujarnya.

    Baca Juga:  Rayakan Natal dengan Classic Rock di TUJU Ubud

     

    Di sisi lain, petani di Gianyar tidak berminat menanam komoditi seperti Jahe, Kencur dan komoditi lain. Kasi Tanaman Pangan Hortikultura, Gusti Ayu Ririn menyebutkan luasan tanaman jahe di Gianyar hanya 20 hektar dan tanaman kencur tidak lebih dari 10 are.

     

    Diduga karena di gempur pasokan dari luar Bali, sehingga petani enggan menanam komoditi tersebut. Melimpahnya pasokan dari luar Bali dan harganya cenderung lebih murah, menyeb petani lokal kalah saing. (ina/kb)

     

    Back to top button

    Berita ini dilindungi