DENPASAR, Kilasbali.com – Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar, menggelar pelatihan kecakapan hidup bagi para wanita Hindu di lingkungan Banjar Anggarkasih, Desa Sanur Kaja, Minggu (16/4). Kegiatan tersebut, dihadiri langsung oleh Ketua WHDI Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara.
Pelatihan kecakapan hidup yang digelar kali ini, mengangkat tema membuat Lis Amuan Amuan dan juga Sanga Urip, sebagai salah satu pelengkap upakara.
Pengangkatan Lis sendiri sebagai materi pelatihan, dikarenakan Lis merupakan sarana yang kerap dipakai saat upakara, yakni berfungsi mencipratkan atau memercikkan Tirta atau air suci sebagai penyucian diri dan lingkungan
Dengan melibatkan para wanita Hindu lintas generasi, Ny. Antari Jaya Negara mengharapkan, melalui pelatihan kecapakan hidup ini pemahaman krama utamanya wanita Hindu terkait tata cara dan proses pembuatan sarana upakara, dapat semakin didalami.
“Lis Amuan Amuan dan Sanga Urip ini merupakan salah satu kelengkapan sarana upakara yang sering kita jumpai dan digunakan. Untuk itu, sebagai wanita Hindu, ibu ibu mungkin sudah sangat akrab dengan Lis baik untuk keseharian di rumah maupun acara adat lainnya. Namun melalui pelatihan kecapakan hidup ini, saya mengharapkan adanya proses saling bertukar ilmu dan pengetahuan yang dimiliki,” tutur Ny. Antari Jaya Negara.
Hal ini digunakan untuk menjauhkan diri dari kekuatan negatif yang dapat mengganggu manusia dan bertujuan untuk kekuatan serta kesucian lahir bathin sebagaimana disebutkan dalam ajaran agama Hindu.
Pelatihan kali ini menghadirkan tiga orang narasumber pelatihan dari WHDI Kota Denpsar. Yakni, Ni Wayan Sukerti, Ratu Paulina serta Ni Made Sucitawati.
Salah seorang narasumber, Ni Wayan Sukerti mengatakan, dengan metode ‘learning by doing’, para peserta pelatihan diajak langsung mempraktekan cara mejejahitan sembari dituturi makna dan filosofi komponen banten itu sendiri.
“Sarana upakara ini memiliki simbol dan makna tersendiri saat kita melakukan persembahan ke hadapan Sang Pencipta dan alam semesta. Ada beragam makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya,” tutur Wayan Sukerti.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Ni Wayan Sukriani, warga Banjar Anggarkasih, mengaku pelatihan kecakapan hidup yang diikuti ini, banyak memberikan pemahaman tentang makna dari Lis itu sendiri.
“Tentu saya sangat senang melalui pelatihan ini saya jadi tahu bahwa masing masing bagian dari Lis Amuan Amuan dan Sanga Urip ini ternyata memiliki makna tersendiri. Dan juga, saya bisa belajar tentang bagiamana secara detail teknis pembuatannya,” ungkap Sukriani. (m/kb)