GIANYAR, Kilasbali.com – Sejumlah pasangan suami istri (pasutri) mengungkapkan keinginannya untuk mengadopsi bayi berjenis kelamin perempuan yang ditemukan di semak-semak.
Bahkan, beberapa diantara setia menunggu sang bayi yang kini menjalani perawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar.
Salah satu pasutri yang setiap menunggu bayi malang ini menyebutkan jika sejak awal ikut terlibat mulai dari proses evakuasi.
Namun pasutri yang namanya tidak mau namanya ditulis ini memang berminat untuk mengasuh bayi perempuan tersebut. Terlebih, mereka hanya memiliki dua anak laki-laki.
“Kami kasian dengan bayi ini. Hanya saja kalau ingin adopsi syaratnya sangat banyak. Itu yang mungkin jadi kendalanya,” ungkapnya.
Sekretaris Dinas Sosial, Nurwidyaswanto, Kamis (22/12), mengatakan untuk melakukan adopsi, ada beberapa tahapan. Termasuk rekomendasi Tim Pertimbangan Pengangkatan Anak yang berkedudukan di Dinas Sosial P3A Provinsi Bali.
“Jadi untuk pengangkatan anak, itu ada di P3A provinsi. Kami dinas sosial hanya memberi bantuan untuk kebutuhan si bayi,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, jika tidak ada yang akan melakukan adopsi, si bayi akan dititipkan di rumah singgah atau yayasan yang telah bekerjasama dengan P3A Provinsi Bali.
“Intinya menunggu proses hukum terlebih dulu. Sebab secara catatan sipil kan tidak boleh menghilangkan asal-usul si bayi,” ujarnya.
Mengenai kondisi bayi, tambahnya, bayi masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar. Untuk proses adopsi harus menyelesaikan kasus hukum si bayi tersebut.
“Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan siapa ibu si bayi tersebut. Jika ditemukan akan dikembalikan. Jika tidak dalam kurun waktu tertentu si bayi masuk katagori anak terlantar,” ucapnya.
Sementara terpisah, Bupati Mahayastra didampingi istri Ida Ayu Adnyani Mahayastra menjenguk bayi malang yang sedang mendapat perawatan di RSUD Sanjiwani.
Tidak banyak yang terucap dari bibir pemimpin Gianyar itu. Ia merasa prihatin dengan peristiwa itu. Kedatangannya pun untuk memastikan si bayi mendapatkan perawatan yang layak.
Sebelumnya bayi perempuan ditemukan tergeletak di lahan kosong wilayah banjar Tegenungan. Warga yang menemukan mengira suara bayi tersebut adalah suara kucing.
Diperkirakan bayi itu berumur 9 bulan dan baru dilahirkan oleh orang tuanya. Sebab masih terdapat tali pusar yang melintang di perut si bayi.
Sementara itu, pihak Desa Adat Tegenungan langsung menggelar pecaruan. Pecaruan di gelar di dua tempat yaitu di Pempatan Agung Banjar Tegenungan dan di lokasi tempat pembuangan bayi.
Perbekel Kemenuh, Dewa Nyoman Neka, mengungkapkan, upacara pecaruan yang digelar adalah pecaruan nyapuh, dengan sarana caru manca warna. Tujuannya, untuk mengharmoniskan kembali alam, mengingat di Banjar Adat Tegenungan dan lokasi tempat pembuangan bayi sudah terkena mala atau leteh.
“Pecaruan digelar Rabu petang di Pempatan Agung banjar dan di lokasi tempat pembuangan bayi,” jelas Dewa Neka. (ina/kb)