GIANYAR, Kilasbali.com – Menangkal radikalisme membutuhkan perhatian bersama. Tak terkecuali dari masyarakat. Seperti yang dilakukan Yayasan Darrul Fallah Desa Sukawati yang mendorong kokohnya jalinan kerukunan antar umat.
Sekretaris yayasan Darrul Fallah Sukawati, M. Toha Hasan, Sabtu (3/9) mengungkapkan, kendati pemerintah telah telah membubarkan Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bukan berarti penyebaran paham negatif ini berhenti.
Mewaspadai itu, Yayasan Darrul Fallah Desa Sukawati mendorong dan mendukung pemerintah melakukan penindakan terhadap ormas-ormas radikal yang bertentangan dengan dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila.
“Upayanya dengan meningkatkan sinergitas lintas sektor serta menjalin kerukunan antar umat. Kususnya di Bali, agar semua pihak dapat saling menjaga kerukunan antar umat,” ungkapnya.
Upaya pencegahan masuknya paham radikal, sebutnya, dapat diawali melalui upaya-upaya pendataan penduduk pendatang terkait kejelasan dari indentitasnya termasuk asal daerahnya. “Hal ini penting agar bisa memantau segala aktifitas dari penduduk tersebut serta mendaftarkannya secara administratif,” terangnya.
Diakuinya, rongrongan radikalisme terus bergulir seiring ramainya Tema Khilafah yang dihembuskan. Bahkan, mereka berlindung atas nama kebebasan berpendapat, demokrasi, sehingga mereka menggunakan celah ini untuk menyampaikan propagandanya di tengah masyarakat.
“Meski ormas radikal ditindak secara organisasi, sementara orang-orangnya ketika ganti nama mereka bisa melakukan propagandanya kembali dengan nama-nama lain,” tuturnya mengajak meningkatkan kewaspadaan.
Mendukung upaya pemerintah, Yayasan Darrul Fallah Sukawati juha terus berupaya mengenalkan Islam yang moderat, toleran dan berkeadilan khususnya kepada para generasi muda adalah esensi agama itu sendiri.
Karena semua agama sebetulnya tidak membenarkan dan tidak mentolerir mengenai adanya paham radikal terorisme apalagi yang kemudian sampai berujung pada kekerasan dan aksi teror.
“Karena pada hakikatnya, manusia ini sendiri harus memanusiakan manusia. Manusia harus meninggalkan kecenderungan yang tidak manusiawi,” pungkasnya. (ina/kb)