DENPASAR, Kilasbali.com – Media memiliki peran sangat strategis dalam mendorong pembelajaran dan perubahan paradigma berpikir masyarakat menuju percepatan peralihan ke sistem digital.
“Media juga sangat berperan. Makanya media juga harus mencari sumber-sumber berita yang berbasis digitalisasi,” kata Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan di Denpasar, Senin (7/2).
Dadang mengaku, dalam upaya merubah pandangan masyarakat untuk dapat beralih ke sistem digital tidak mudah. Butuh kerjasama dari berbagai pihak dan dilakukan secara sistematis.
“Harus berbagai pihak mendukung ke arah digitalisasi ini. Jadi memang harus dari semua pihak,” tegas Rektor.
Dalam kesempatan itu, ia mengurai hal yang paling penting dalam perubahan paradigma berfikir masyarakat adalah literasi dan sosialisasi tentang digital. Dadang juga menganggap, peralihan ke digital ini penting mengingat aktivitas perekonomian yang terbatas akibat pandemi Covid-19.
“Sekarang ini yang kita lihat dengan adanya pandemi, ini kan sektor pariwisata yang paling terpuruk. Yang tidak terpuruk itu ada dua, yaitu pertanian dan digital,” sebutnya.
Untuk itu, media juga menurutnya dapat menjadi jembatan kepada pemerintah tentang informasi-informasi pentingnya beralih kepada pembangunan yang berbasis digital.
“Terutama untuk mereka yang memiliki anggaran, suber daya yang melimpah adalah pemerintah ternasuk pemerintah daerah. Sehingga paradigma menuju digitalisasi akan cepat berubah,” ujarnya.
Menurut Dadang, saat ini sudah mulai ada pergeseran pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Bali yang dulu fokus pada pariwisata konvensional beralih kepada digital. Hal ini, menurutnya Pemprov sudah memahami literasi digital.
“Tapi kalua saya sih, harus ada perubahan paradigma berfikir masyarakat tentang gimana supaya digitalisasi ini bisa massif. Jadi pemerintah harus besar-besaran men-suport anggarannya, men-suport kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan digitalisasi ini,” pyngkasny.
Lebih lanjut, Dadang menjelaskan, dari segi kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Bali, ia menilai bahwa sudah siap untuk bersaing dalam era digital, mengingat karakteristik orang bali yang kreatif.
“Kalua kemampuan SDM orang Bali oke, karakteristiknya yang kreatif juga menunjang. Cuma, paradigma berfikirnya yang belum. Sebetulnya SDM kita siap bersaing, cuma cara berfikirnya ‘mindset’ yang perlu dirubah,” terangnya lagi.
Ia mencontohkan tahun ini, STIKOM dan grup SMK-nya mencatat tidak ada peningkatan signifikan dari penerimaan mahasiswa baru. Hal itu menurutnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di jurusan atau bidang IT masih terbilang rendah.
“Ini menandakan, ya mungkin selain dari kesulitan masalah finansial, tapi juga dalam ranah wawasan yang masih belum mengarah pada digitalisasi, dimana digitalisasi ini yang akan menjadi dasar di massa depan. Karena itu makanya saya bilang, masyarakat ini harus diliterasi dan disosialisasi bahwa saat ini harus beralih ke digitalisasi,” tegasnya.
“Sekarang ini karena digitalisasi, kerja bisa darimana saja. STIKOM sudah melaksanakan itu. Alumni-alumni STIKOM sudah banyak bos dan perusahaannya di luar negeri, tapi kerjanya dari sini. Makanya harus berbagai pihak mendukung ke arah digitalisasi ini,” tutupnya. (m/kb)