GIANYAR, Kilasbali.com – Ratusan layangan jenis “Celepuk” serentak mengudara dan menghiasi langit di wilayah Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Ubud, Sabtu (21/8/2021).
Lomba ini terbilang unik, karena perserta tidak boleh keluar pekarangan dan cukup menaikkan layangan dari rumah masing-masing.
Peserta yang menaikan layangan dengan resiko mengganggu jaringan listrik dan fasilitas umum lainnya, langsung didiskualifikikasi.
Penerapan PPKM bukan menjadi halangan bagi penggemar layangan untuk mengikuti lomba. Mengantisipasi kerumunan dan keluar rumah, Lomba layangan yang yang digelar Sekha Truna Truni (STT) Sukma Kesuma, Banjar Tebesaya ini terbilang inovatif.
Seluruh perserta yang sudah masuk dalam medsos grup diwajibkan menaikkan layangan dari rumahnya masing-masing dengan menggunakan tiang bambu.
Layangan yang dilombakan pun hanya jenis “Celepuk” yang relatif stabil dan menghindari resiko gangguan terhadap fasilitas umum.
Ketua Panitia Lomba, I Kadek Surya Wijaya menyebutkan, lomba layangan ini digelar serangkaian perayaan Hut RI ke-76 dan juga Hut STT Suksma Kesuma Banjar Tebesaya, Peliatan, Ubud.
Pihaknya mencoba mengkemas lomba ini dengan konsep lomba dari rumah atau pekarangan. Karena jika dilombakan dalam satu lokasi sebagaimana lomba umumnya, protokol kesehatan Covid-19 suliit diawasi.
“Kami mencoba memberi ruang kepada teman-teman untuk tetap bisa menjalankan hobinya di tengah PPKM ini, namun ada jaminan Prokes Covid-18 dilaksanakan,” ungkapnya.
Melihat karakter angin di daerah pemukiman, pihaknya pun hanya memilih layangan celepuk untuk dilombakan. Karena layangan jenis ini, relatif stabil di udara meski hembusan angin tidak terlalu kencang.
Hanya saja, untuk memberikan ruang kreativitas, ada 3 jenis layangan celepuk yang dilombakan. Yakni jenis polos, jenis chatting dan jenis air brush.
“Peserta yang ambil bagian kami batasi hingga 140 peserta. Ada beberapa peserta dari luar banjar namun tetap berkolaborasi dengan warga,” jelasnya.
Pihaknya juga tidak ingin lomba ini menimbulkan gangguan fasilitas umum. Karena itu perserta yang menaikkan layangan di titik- titik berisiko, seperti dekat jaringan PLN langsung didoakualifikasi.
“Sebelum lomba di mulai, kami sudah tekankan ini. Karena kami juga berharap dari lomba ini dapat menumbuhkan kesadaran teman-teman agar menjalan hobi layangan juga harus mengutamakan keselamatan dan menghindari gangguan yang bisa ditimbulkan, ” tambahnya.
Lanjutnya, lomba layangan ini juga dijadikan momentum oleh generasi muda setempat untuk dapat mempererat persaudaraan. Selain itu, diharapkan berdampak juga dengan perputaran ekonomi yang ada di wilayah desa setempat.
“Kami juga edukasi protokol kesehatan covid 19, dan mengedukasi peserta agar menjadi rare angon yang disegani bukan yang membuat macet maupun geber-geber di jalanan,” tandas Surya. (ina/kb)