BadungCeremonialSeni Budaya

Ngaben Massal Desa Adat Baha Terapkan Prokes Ketat

    MANGUPURA, Kilasbali.com – Desa Adat Baha, Kecamatan Mengwi, Badung melaksanakan upacara pitra yandnya, ngaben massal yang dirangkai upacara pitra yadnya metatah yang juga dilaksanakan secara massal. Upacara itu merupakan rutinitas lima tahun sekali.

    Sebagai puncak upacara, dilaksanakan prosesi nyegara gunung di Pantai Pura Gowa Lawah, Klungkung, Senin (2/3/2021). Mengingat masih suasana pandemi Covid-19, pihak panitia karya menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat.

    Ketua panitia ngaben massal, Made Ngasta mengatakan, pelaksanaan ngaben, metatah, dan mepetik kali ini terdiri dari 6 banjar adat. Yaitu Banjar Bedil, Banjar Gegaran, Banjar Kedua, Banjar Pengabetan Banjar Busana Kaja dan Banjar Busana Kelod.

    Kata dia, rangakain upacara telah dilaksanakan di Wantilan Desa Baha dengan jumlah peserta ngaben massal sebanyak 81 sawa, 15 sawa ngelungah, 24 orang potong gigi dan 5 orang mepetik.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Gelar Pelaksanaan Orientasi PPPK 2024

    Dijelaskan, upacara dilaksanakan dengan cara iuran secara gotong-royong. “Yadnya pengabenan ini adalah bentuk dari kewajiban masing-masing warga. Namun karena terbentur pendanaan, maka Desa Adat Baha merancang kegiatan ngaben massal ini bertujuan meringankan biaya serta juga mengeratkan gotong royong dalam menyama braya,” kata Ngasta yang juga Bendesa Desa Adat Baha.

    Dia menambahkan, sebelum ngaben dilakukan prosesi ngerapuh atau ngelungah. Upacara ini ditunjukkan bagi ibu – ibu yang pernah memiliki bayi yang meninggal saat berada dalam kandungan.

    Pihaknya juga menjelaskan, upacara ini bertujuan untuk mengantar roh yang masih suci dengan langsung menghanyut sekah atau juga biasa disebut meajar-ajar di pantai Gowa Lawah. Dengan harapan agar roh dari para kerabat yang diikutkan dalam ngaben massal ini, kembali bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa.

    Baca Juga:  20 Media Massa di Bali Raih Mangupura Awards

    “Untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19, kami menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Dalam prosesi puncak karya hanya meperbolehkan dua orang persawa dari awal kegiatan hingga upacara nyegara gunung saat ini. Selain pembatasan, juga di sediakan berbagai pasilitas pencegahan covid-19 seperti handsanitaiser, hingga tempat cuci tangan,” tandasnya. (ttg/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi