GIANYAR, Kilasbali.com – Ketegangan Desa Adat Gianyar dengan Pemkab Gianyar perihal polemik lahan Pasar Gianyar terjadi belakangan ini. Syukurnya hal tersebut tak mempengaruhi pelaksanaan Tawur Kesanga tingkat Kabupaten.
Sebagaimana tahun lalu, prosesi tetap dipusatkan di Catus Pata Desa Adat Giayar yang dipuput Sarwa Pandita yang menjalani fungsi Tri Sadhaka. Hal ini ditegaskan Sekda Gianyar Made Gede Wisnu Wijaya, Senin (8/3/2021) disela rapat koordinasi rangkaian Nyepi Caka 1943.
Disebutkan, prosesi Tawur Kesanga dilaksanakan oleh Desa Adat Gianyar dan didanai oleh Pemkab Gianyar. Dalam pelaksanaannya, tetap mencakup tiga fungsi (Tri sadaka) Siwa, Budha, Bujangga. Dipuput oleh Sarwa Pandita. Terkait anggaran, tak jauh beda dari tahun sebelumnya.
“Kami tegaskan, pelaksanaan tawur tetap seperti tahun lalu. Kerjasama dengan Desa Adat Gianyar sebagai pelaksana dan Pemkb Gianyar yang mendanai. Bianyanya sekitar Rp 250 juta tidak beda jauah dengan tahun lalau,” jelasnya.
Karena saat pandemi, pelaksanaan Tawur dipastikan menerapkan protokol kesehatan ketat. Digelar lebih sederhana. Tarian ditiadakan, namun tabuh tetap karena itu eedan upakara.
“Perayaan Nyepi yang dilaksanakan tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun yang lalu, tetap berjalan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat,” tegasnya.
Sementara terkait dengan pelaksanaan melasti yang biasanya dilakukan di pantai, diimbau agar dilakukan di lokasi terdekat. Hal ini dipertegas juga oleh PHDI bahwa akan dibarengi dengan surat edaran.
“Yang ingin melaksanakan melasti dianjurkan mencari alternatif tempat yang terdekat, kalau memang dekat laut silahkan melasti ke laut sedangkan alternatif bisa melasti ke beji,dan kalau tidak memungkinkan silahkan laksanakan dengan cara ngubeng,” ucap Sekda Wisnu Wijaya.
Terkait perayaan Hari Raya Nyepi, yang bertepatan dengan Hari Kebaktian Umat Kristiani, dalam rapat disebutkan sudah mendapat kesepakatan bersama bahwa ibadah pada hari tersebut akan dilaksanakan secara virtual dari rumah masing-masing.
“Mengingat perayaan hari raya Nyepi umat tidak diperbolehkan keluar rumah, umat Kristiani sangat menghormati hal tersebut dan melaksanakan ibadat secara virtual,” terang Sekda Wisnu Wijaya.
Sementara itu, Sekretaris PHDI dan sekaligus Kepala FKUB Gianyar Ida Bagus Made Viprajana menyampaikan, perayaan Nyepi tahun ini masih dibarengi dengan Covid-19, maka hal tersebut setiap upacara pada pelaksanaan Nyepi tidak terlepas dari protokol kesehatan yang sangat ketat.
Salah satunya pada saat pelaksanaan melasti atau mekiyis yang banyak melibatkan masyarakat. Aparat desa diimbau untuk membatasi jumlah orang yang akan mengikuti upacara tersebut.
Lebih lanjut Ida Bagus Viprajana menegaskan, terkait hari setelah Nyepi pada saat Ngembak Geni masyarakat umat Hindu biasanya akan melaksanakan silaturahmi ke kerabat, orang terdekat atau rekreasi ke tempat wisata atau pantai.
“Kami harap seluruh masyarakat untuk tetap tinggal di rumah untuk menghindari penyebaran virus covid19, untuk kebaikan bersama supaya virus ini cepat berlalu,” pungkasnya. (ina/kb)