GIANYAR, Kilasbali.com – Di tengah pandemi Covid-19, penyuluh Bahasa Bali tetap gencar melaksanakan program konservasi dan indestifikasi sejumlah lontar milik warga.
Dengan menerapkan protokol kesehatan, identifikasi dilaksankan di Desa Adat Antugan, Kecamatan Blahbtauh, Kabupaten Gianyar, Kamis (1/10/2020).
Namun, sejauh ini upaya penyuluh tersebut baru sebatas identifikasi dan belum berlanjut pada telaah isi atau suratan lontar.
Dalam identifikasi itu, sekitar 50 cakep lontar milik keluarga Jro Mangku Nataran Tunjung diturunkan dari tempat penyimpanan.
Sejumlah lontar sudah ada yang lapuk dimakan ngenget. Hingga tidak dapat diperbaiki.
“Dari 50 cakepan lontar, baru 17 cakep yang bisa diidentifikasi, sisanya ada yang sudah lepas dari cakepannya,” ujar Kordintaor Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Blahbatuh, Ni Wayan Miani.
Diakui, selama melakukan konservasi, lontar yang paling banyak ditemukan adalah lontar Usada (pengobatan).
Hanya saja diakuinya pihaknya belum bisa mengetahui isi lontar-lontar secara detail. Karena saat ini hanya baru bisa mengidentifikasi.
“Kami baru mengidentifikasi saja, belum bisa mengetahui isi dari lontar tersebut. Hanya mencocokan isi dihalaman pertama dan terakhir,” ungkapnya.
Sementara untuk mengindetifikasi dan mengkonservasi sati cakepan lontar memerlukan waktu sekitar 30 menit.
“Yang lama itu adalah mengindentifikasi lontar tersebut. Sesuai pendataan lontar di wilayah Blahbatuh itu rata-rata tentang usada,” ucapnya.
Bendesa Adat Antugan, Ngakan Made Sukarsana, menyambut baik kegiatan yang dilakukan penyuluh Bahasa Bali di setiap kecamatan Blahbatuh.
Ia mengatakan apa yang dilakukan ini (konservasi lontar) sangat berguna bagi dirinya selaku bendesa adat.
Sampai saat ini di desa adatnya baru diketahui dua titik yang memiliki lontar yang cukup banyak.
“Setelah konservasi ini, pada saat saraswati Rencananya kita akan lakukan pembacaan. Kebetulan leluhurnya tersebut dahulunya penekun usada, sehingga bisa diketahui isinya,” ungkapnya.
Pada ksempatan itu, pemilik lontar juga diberikan pemahaman agar lontar yang ada dirawat supaya tidak rusak dimakan rayap.
“Untuk lontar milik Jero Mangku ini terdapat 50 cakep, tapi 17 cakep yang berhasil teridentifikasi,” imbuhnya.
Kordinator Penyuluh Bahasa Balai Provinsi Bali, I Wayan Suarmaja mengatakan, saat ini konservasi lontar hanya baru bisa ditahap indetifikasi.
Belum sampai ke degitalisasi dan pembacaan atau salinan kehuruf latin. Karena program hanya sampai sebatas itu.
Kemungkinan program ini nanti akan bertahap, namun ia tidak menutup kemungkinan dari pihak pemilik yang meminta untuk mendigitalisasi dan disalin.
“Kembali lagi ke pemilik, seperti beberapa pemilik meminta teman-teman penyuluh untuk didegitalisasikan dan disalinkan ke huruf latin, sementara untuk pembiayan tersebut dikembalikan pemilik lontar,” tandas pria asal Payangan ini. (ina/kb)