CeremonialSeni BudayaTabanan

Metatah Massal, Bupati Eka Jadi Sangging

    TABANAN, Kilasbali.com – Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti yang juga selaku Penasehat Perguruan Siwa Murti, kembali ikut dalam kegiatan ajeg Bali. Kali ini, Bupati Eka mendapat kehormatan menjadi “Sangging” dalam kegiatan “metatah massal” (potong gigi) yang digelar di Pesraman Yayasan Siwa Murti, di Griya Agung Bang Pinatih, Denpasar, Kamis (30/7/2020).

    Hadir pada kesempatan ini Sekretaris Daerah Kabupaten Tabanan I Gede Susila, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Tabanan AA Gd. Dalem Trisna Ngurah, Kepala Dinas Sosila Tabanan I Nym. Gede Gunawan, Kepala Bagian Kesra Made Irma Yanti Sundari.

    Bupati Eka memberikan apresiasi yang positif atas terselanggaranya kegiatan ini. Orang nomor satu di Tabanan ini mengharapkan, kegiatan ini terus berkelanjutan untuk ke depannya. Dan diharapkan kegiatan seperti ini bukan hanya dilakukan di sini saja.

    “Kegiatan ini sejalan dengan cita-cita kita bersama yaitu menuju ajeg Bali. Saya harap kegiatan ini terus berlanjut, karena inilah cerminan kita sebagai manusia, yang mampu harus bisa ringan tangan membantu yang kurang mampu,” jelasnya.

    Baca Juga:  Istri De Gadjah dan Tim Mulyadi-Ardika Disambut Hangat Warga Banjar Batusangian

    Dikatakan dirinya merupakan mangku pertama kali untuk mangku perempuan sangging. “Jadi Sangging itu tidak mudah, karena disini saat melakukan ritual itu godaannya besar jadi harus butuh energi yang besar untuk menghindari hal-hal negative yang mungkin terjadi,” ujarnya.

    “Semoga ke depan banyak sangging-sangging perempuan yang bisa melakukan yadnya seperti ini, pengabdian seperti ini, karena kita masih membutuhkan sanging-sanging yang bisa melaksanakan metatah masal di setiap -setiap desa, setiap kampung untuk meringankan beban masyarakat,” pintanya.

    Dirinya juga mengatakan, kegiatan ini bukan semata-mata untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, namun ini juga katanya bertujuan untuk menciptakan generasi penerus yang bermoral dan berakhlak tinggi, sehingga dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya, khususnya di Bali.

    Baca Juga:  Tindak Lanjuti Rekomendasi Bawaslu, KPU Tabanan Akan Turunkan Spanduk Si Gundul-Kandang Banteng

    “Inilah inti dari hidup, hendaknya kita bisa berguna bagi masyarakat umum, dengan melakukan perbuatan yang baik. Niscaya dengan perbuatan yang baik kita menanam karma yang baik pula, sehingga mendapat pahala yang baik pula, karena kita hidup tidak terlepas dari karma,“ terangnya.

    Ditambahkannya, dalam melakukan suatu kegiatan apapun yang berhubungan dengan ajeg Bali dan Tuhan Yang Maha Esa harus didasari dengan hati yang tulus ikhlas dan pikiran yang positif. Karena pikiran yang positif akan membuahkan perbuatan yang positif, sehingga apa yang menjadi cita-cita kita bersama yaitu menuju ajeg Bali segera bisa terwujud.

    “Ini merupakan kedua kalinya saya menjadi sangging di sini. Suatu kehormatan yang luar biasa dan ini merupakan karma baik yang harus ditanam serta dilaksanakan dengan pikiran yang suci serta hati yang tulus. Ke depan agar perbuatan kecil yang saya lakukan ini bisa mengetuk hati masyarakat untuk bisa menjadi pribadi yang lebih berguna,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Ardika Bikin Tabanan Bebas Bicara, Ajak Mahasiswa-Jadikan Riset Akademisi Jadi Acuan Kerja

    Sementara Ketua Panitia I Wayan Sumarna mengatakan, acara metatah massal ini dikaitkan dengan rangkaian pujawali Ida Betara Sakti Dalem Pauman yang berstana di Griya Agung Bang Pinatih Padangsambian. Dan dikatakannya juga, kegiatan metatah massal ini juga merupakan kegiatan rutin setiap tahun serta bertepatan dengan Piodalan.

    Sumarna menjelaskan, metatah massal ini diikuti oleh 40 orang dari berbagai kalangan masyarakat baik dari Bali maupun luar Bali. Kegiatan ini terbuka untuk umum di seluruh Bali. “Acara metatah massal diikuti 40 orang dari berbagai kalangan masyarakat umum,” jelasnya.

    Pihaknya menegaskan, seluruh peserta metatah massal ini sama sekali tidak dipungut biaya. “Seluruh rangkaian upacara ritual ini sama sekali tidak memungut biaya bagi para peserta yang mengikuti. Kegiatan ini murni dilaksanakan oleh Yayasan Siwa Murti, karena ini bagian dari `yadnya` (keikhlasan),” tegasnya. (rls/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi