DENPASAR, Kilasbali.com – Di tengah pandemi Covid-19, sektor pertanian menjadi pilihan masyarakat yang sebelumnya berkecimpung di dunia pariwisata.
Hal tersebut dikatakan salah satu tokoh masyarakat asal Banjar Jadi, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan, I Dewa Nyoman Budiasa di Denpasar, Sabtu (18/7/2020).
Menurutnya, sektor pertanian inipun terbuka, menerima eksodus masyarakat yang ramai-ramai beralih profesi menjadi petani.
“Pertanian itu tidak pernah mati dan mampu bertahan di segala situasi dan kondisi,” kata Dewa Budiasa yang juga Sekretaris Jenderal Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI).
“Jika ini digarap dengan optimal, maka ketika di situasi pandemi saat ini masyarakat tidak akan teriak. Karena kebutuhan pangan telah tercukupi,” lanjutnya.
Untuk itu, lanjut dia, sektor pertanian perlu dirancang khusus agar kembali diminati dan dicintai generasi muda. Yakni memadukannya dengan perkembangan teknologi, atau menjadi petani modern.
“Terutama saat panen raya, harga produk pertanian turun jauh dan sangat murah. Ini perlu kita siasati agar harga tidak anjlok,” ujarnya.
Sementara terkait bergesernya julukkan Kabupaten Tabanan sebagai Lumbung Beras Bali ke Kabupaten Jembrana, Dewa Budiasa mengatakan bahwa itu disebabkan oleh kekeliruan besar dalam pengelolaan potensi daerah.
“Sebenarnya dari letak sisi geografis, pertanian kita di Tabanan sangat diuntungkan. Namun ada kekeliruan besar sehingga itu bisa bergeser,” tegasnya.
“Ini perlu perhatian khusus untuk mengembalikan julukan itu. Yakni membuat terobosan, khusus memudahkan para petani kita,” tandasnya. (jus/kb)