TABANAN, Kilasbali.com – Gara-gara tidak melaporkan I Made Suciarta menantu asal Manggis Karangasem yang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) menginap, rumah Ketut Narus alias Kak Rani menjadi sasaran amuk warga yang mengatasnamakan Satgas Covid-19 Banjar Kuwum Ancak, Rabu (29/4/2020) sekitar pukul 20.00 WITA.
Kapolsek Marga, AKP I Gusti Made Sudarma Putra membenarkan kejadian tersebut. Hanya saja, tidak sampai ada pelaporan. Mengingat permasalahan ini sudah diselesaikan di tingkat desa dan berakhir dengan damai. “Sudah damai tadi, keluarga Kak Rani ini juga tidak meminta ganti rugi. Dan tidak dilanjutkan ke tahap pelaporan. Kami hanya melakukan pengamanan saja,” kata Sudarma.
Dari informasi yang dikumpulkan, kejadian itu berawal saat menantu Kak Rani datang ke rumahnya sekitar empat hari lalu, untuk menjemput anak dan istrinya. Di mana sebelum menjemput anak dan istrinya, ia sudah menjalani karantina 14 hari di kawasan Batubulan seorang diri. Di mana menantunya ini sudah menjalani rapid tes sebanyak dua kali dan hasilnya negatif.
Selang empat hari kemudian, rumah mertuanya didatangi tiga orang dari Satgas Covid-19 banjar setempat. Di mana mengimbau agar tidak menerima tamu. Apalagi masyarakat khawatir yang menginap itu PMI dan tidak melaporkan ke satgas. Kesalahpahaman pun terjadi. Kendatipun demikian, peristiwa itu dapat diselesaikan.
Ketua Satgas covid-19 banjar kemudian menelpon anak dari Kak Rani bernama I Wayan Suantara, untuk menyampaikan permasalahan itu. Suantara menjelaskan, bahwa dirinya tidak mengetahui kedatangan dari iparnya itu. Terlebih orang tuanya juga tidak memahami prosedur pelaporan dari menantunya ini kepada Satgas.
Akhirnya, dari ketua Satgas disarankan agar menantunya ini segera meninggalkan banjar Kuwum Mancak dan diminta tidak melewati posko Satgas Covid-19 dengan mencari jalur alternatif. Saat itu juga, Suantara meminta kepada iparnya beserta istri dan anak untuk segera bertolak ke Batubulan dengan menggunakan jalur alternatif.
Selanjutnya oleh pihak Satgas, meminta keluarga Kak Rani untuk karantina mandiri tanpa keluar rumah. Di sinilah menimbulkan keberatan kepada keluarga Kak Rani, mengingat dirinya yang bekerja sebagai petani memiliki tanggung jawab untuk memberikan makan ternaknya.
Sehingga tidak mungkin untuk meminta orang lain mencarikan rumput karena ternak yang dimiliki lebih dari tiga. Kondisi ini membuat situasi semakin memanas. Setelah dilakukan negosiasi agar Kak Rani hanya diizinkan mencari pakan ternak, namun kesepakatan Satgas tetap meminta proses karantina mandiri tidak boleh beraktivitas di luar rumah.
Selanjutnya pada Rabu malam sekitar pukul 08.00, rumah Kak Rani didatangi banyak warga. Ketika itu, Kak Rani sedang mandi. Karena adanya kerumunan warga Kak Rani pu kaget dan spontan mengambil sabit yang masih dalam sarung. Hal itupun dianggap ancaman kepada orang yang datang. Tiba-tiba, dari luar pagar rumah terdengar teriakan salah seorang megeluarkan kata-kata mengancam ingin membunuh.
Kondisi ini membuat situasi kian memanas, Kak Rani pun tersulut emosinya dan menantang orang yang mengatakan tersebut untuk masuk. Untuk meredam situasi, salah seorang meminta Kak Rani dan istrinya masuk ke dalam. Namun tiba-tiba ada perusakan. Kaca bagian depan rumahnya pecah. Untuk mengendalikan situasi, keluarga Kak Rani menelpon polisi, sehingga aprat kepolisian mencoba mengamankan situasi. (*/KB)