GIANYAR, Kilasbali.com – Dampak wabah Corona Virus Disease atau Covid-19 kini mulai terasa. Khususnya yang bekerja di sector pariwisata paling parah terkena imbas. Salah satunya sopir transportasi konvensional, kini benar-benar kesulitan lantaran tidak ada lagi pemasukan.
Menyikapi kondisi ini, salah satu kelompok sopir, paguyuban sopir transportasi konvesional di Banjar Padangtegal Kelod, Ubud, terpaksa mencairkan kas bersama alias buka celenngan.
Sejak delapan bulan lalu, tepatnya bulan September 2019, peguyuban yang berada di bawah naungan Banjar Padangtegal Kelod ini memiliki inisiatif membuat kas yang bersumber dari setoran ke office sebesar Rp 20 ribu setiap mendapat penumpang, serta pendapatan aktivitas jasa.
Nah, Kas atau celengan itulah kini dimanfaatkan untuk membeli sembako. Lanjut dibagikan kepada anggotanya yang berjumlah 60 orang. “Setiap anggota mendapat jatah beras 10 kilogram dan dua kratr telur ayam,” ungkap Ketua Paguyuban Sopir Transportasi Padangtegal Kelod, I Putu Ardita.
Disebutkan, dana yang digunakan untuk membeli sembako ini sebesar Rp 10 juta. Pembagian ini juga berdasarkan persetujuan Kelian Banjar Padangtegal Kelod, I Nyoman Oka Wirajaya. Sebab peguyuban ini berada di bawah naungan banjar.
“Pembagian ini kami lakukan karena perekonomian anggota saat ini sangat sulit. Tidak ada pemasukan apa-apa, sehingga kami berinisiatif untuk dicairkan untuk sembako yang dibagikan ke anggota,” jelas Ardita.
Dari dana Rp 10 juta itu, disepakti untuk membeli beras dan telor. Masing-maisng anggota belikan 10 kilogram dan dua karat telur untuk anggota. Semua anggota dipastikan mendapat pembagian yang sama.
Selama ini, lanjutnya, para sopir tersebut mangkal di objek wisata monkey forest Ubud. Selain mengandalkan pendapat dari layanan jasa transportasi, sejumlah anggota juga mengandalkan pendapatan dari menjual sovenir di kios-kios di kawasan Monkey Forest. (ina/kb)