JEMBRANA, Kilasbali.com – Sejak Hari Raya Galungan, harga cabai semakin pedas. Bahkan, komoditas bumbu dapur ini mulai langka dipasaran, sehingga harganya diprediksi akan terus meroket menjelang Hari Raya Kuningan dan Idul Adha.
Dari hasil pantauan di sejumlah pasar di Jembrana, cabai kini menembus harga hingga Rp 80 ribu perkilogramnya. Bahkan sejumlah pedagang mengakui cabai mulai langka.
Salah seorang pedagang sembako di Pasar Impres Negara, Ni Komang Warsini (47) mengaku, harga cabai belum mengalami penurunan dan kini pasokannya kosong.
“Perlahan dari sebelum Galungan naik harganya dari awalnya Rp 25 ribu sekarang Rp 80 ribu. Sulit julannya, pembeli di pasar kan ngecer sedikit-sedikit. Sejak minggu lalu sudah kosong, biasanya dari Jawa atau Buleleng” ujar warga Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem Jembrana ini, Kamis (1/8/2019).
Begitupula juga sengan Supinah (55), pedagang sembako di Los Pasar Umum Negara. Ia ini juga mengaku kesulitan menjual cabai dengan harga yang meroket ini.
“Harganya yang rawit Rp 85 ribu, sudah dari Galungan tidak ada pasokan. Pedagang juga tidak berani menyetok banyak karena mahal dan lebih dari tiga hari saja sudah jelek. Sedangkan yang beli ngecer,” ujar warga Banyubiru, Negara ini.
Menurut para pedagang, pasokan cabai kosong dari pengepulnya. “Biasanya setiap hari datang, ini sudah seminggu tidak dapat” ungkapnya. Kondisi mahal dan langkanya cabai dipasaran kini juga dikeluhkan sejumlah warga.
Kadis Koperindag Jembrana, Komang Agus Adinata mengaku, harga cabai melonjak sejak menjelang Galungan. Sedangkan produksi cabai di beberapa wilayah di Bali diakuinya tidak sebanding dengan tingginya permintaan saat hari raya sedangkan pasokan dari luar Bali juga terbatas.
“Memang harga cabai naik karena permintaan sejak Galungan tinggi, tapi produksi cabai di Bali minim dan banyak gagal panen, mungkin pasokan dari Jawa lewat langsung ke Denpasar. Kami akan cek lagi dan konfirmasikan lagi ke para pengepul,” ujarnya. (gus/kb)