BANGLI, Kilasbali.com – Penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan sendiri oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun, saling bekerja sama dan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga yang ada, serta melibatkan unsur-unsur dari masyarakat dan insan kebencanaan lainnya.
Hal itu disampaikan Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana “Kesiapsiagaan Daerah Dalam Mengurangi Risiko Bencana Melalui Sinergitas Masyarakat dan Dunia Usaha” Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, di Restaurant Apung, Desa Kedisan, Kintamani, Bangli, Sabtu (2/3/2019) pagi.
“Saya mengapresiasi pelaksanaan rapat koordinasi ini. Rakor ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,” ujar Dewa Indra.
Ditambahkan Dewa Indra, rapat koordinasi ini juga sebagai evaluasi atas kinerja BPBD selama ini dan melakukan perencanaan untuk kedepan yang lebih baik. Selain itu, Dewa Indra berharap agar BPBD terus memberikan edukasi kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meminimalisir terjadinya risiko kebencanaan.
“Kegiatan ini juga sebagai evaluasi atas kinerja selama ini dan menyusun-langkah kedepan. Saya harap, BPBD terus melakukan edukasi-edukasi kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meminimalisir risiko yang bisa terjadi akibat dari kebencanaan. Jika semua sudah paham akan apa yang hatus dilakukan saat terjadi bencana, maka kita yakin tidak akan ada korban jiwa, ” terangnya.
Pada kesempatan tersebut, Dewa Indra merasa senang dan bangga bisa kembali kumpul bersama keluarga besar BPBD mengingat dirinya selama 6 tahun lebih menjadi Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali sebelum akhirnya bertugas sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Bali saat ini.
“Saya merasa senang bisa kembali berada ditengah-tengah sahabat tangguh. Saya ke BPBD dari pengetahuan yang sangat minim, tapi saya terus belajar. Di BPBD saya telah membangun kultur yang telah kita rasakan saat ini, dimana tidak ada jarak antara atasan maupun bawahan, tidak ada istilah seperti itu. Terus tanamkan kebersamaan, jangan ada ego dan harus saling bekerjasama di lapangan. Tetap jaga hubungan baik selama ini dengan instansi vertikal maupun horizontal. Terus asah kemampuan, agar BPBD menjadi instansi yang bisa diandalkan dalam penanggulangan kebencanaan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin dalam mengatakan, rapat koordinasi ini bertujuan untuk mensinergikan program strategis dan kegiatan, antara pusat (BNPB) dengan BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten / Kota.
“Kami ingin memiliki kesamaan pemahaman dalam penanggulangan bencana, mengarah pada kesamaan gerak dan langkah dalam memberi layanan kepada masyarakat,” tegas Rentin.
Selain itu, kegiatan ini ditujukan agar seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dapat saling bersinergi dengan pemerintah daerah untuk mengurangi dampak bencana. Menurut Rentin, penangan kebencanaan di Bali selama ini sudah berjalan baik. Sehingga pemerintah pusat menjadikan Bali sebagai role model penangan kebencanaan. Selain itu, nantinya akan dibentuk “Srikandi Tangguh Bencana”.
Lebih lanjut disampaikan Rentin, Rakorda kali ini terasa istimewa karena terdapat kurang lebih 8 (delapan) BPBD dari luar Bali yang hadir, yang ingin berbagi dan share pengalaman sukses penanggulangan bencana di daerahnya masing-masing yakni BPBD Kabupaten Gowa – Sulsel, BPBD kabupaten Pacitan dan Kota Batu – Jatim, BPBD Kota Kupang dan Kabupaten Sikka – NTT, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Bone Bolango – Gorontalo.
“Ya mereka adalah sahabat tangguh kami yang dulu sempat bersama-sama mengikuti diklat dan ToT kebencanaan di Pusdiklat BNPB di Bogor, mereka hadir di Bali disamping untuk belajar beberap keunggulan yang dimiliki Bali, juga ingin berbagi pengalaman sukses di daerahnya, Destana (Desa Tangguh Bencana) misalnya, kami sangat senang bisa bertemu hari ini dan bisa berbagi tentang pengalaman tugas masing-masing,” pungkas Rentin. (rls*/kb)