TABANAN, Kilasbali.com– Pasca dibukanya pendaftaran gelombang II untuk SMA/SMK lewat Surat Edaran (SE) dari Provinsi, membuat banyak siswa yang tergerus dan meninggalkan sekolah swasta karena ada kesempatan lari ke negeri. Akibatnya ada dua sekolah SMA swsta di Tabanan dipastikan tidak mendapatkan siswa tahun ini.
Dua sekolah swasta di Kabupaten tidak mendapatkan siswa di tahun pelajaran 2018/2019 ini. Yakni, SMA Kertha Wisata Tabanan dan SMA PGRI Tabanan 6 Bajera. Hal ini diduga disebabkan kencederungan masyarakat untuk memilih sekolah negeri. Dan keadaan tersebut diperparah lagi dengan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang membuka gelombang II.
Kepala SMA Kertha Wisata Tabanan I Gede Wayan Arka mengungkapkan, siswa yang mendaftar di sekolah yang ia pimpin hanya 10 orang. Akan tetapi tidak ada satupun yang kembali mendaftar ulang. “Siswa sempat menelpon saya, mengabarkan katanya sudah melanjutkan di negeri melalui jalur zonasi,” ungkapnya, Rabu (11/7).
Menurutnya, tahun pelajaran sebelumnya sebanyak 19 siswa telah mendaftar di sekolah yang berdiri sejak tahun 1986. Namun, jelang Masa Orientasi Siswa (MOS), siswa kabur melanjutkan ke sekolah negeri. “Kita tidak bisa ngomong apa setelah peralihan SMA ke provinsi,” ujarnya.
Sedangkan Kepala SMA PGRI Tabanan 6 Bajera Adi Adnyana Negara menyampaikan, sekolahnya yang berdiri tahun 1987 mebawahi tiga kecamatan dengan jumlah enam SMP. “Gelombang ke II ini menyebabkan kita tidak bisa bernapas,” katanya.
Kendatipun demikian, pihaknya tetap menunggu siswa yang ingin melanjutkan di sekolahnya ini. “Kami hanya bisa menunggu pindahan siswa dari sekolah lain. Karena dari pengalaman tahun sebelumnya, siswa yang dipaksakan ke sekolah negeri ataupun ke SMK, pasti akan kembali,” sebutnya.
Sementara itu di SMA 1 TP 45, dari delapan siswa yang mendaftar hanya tiga siswa yang mendaftar ulang. Kepala sekolah Made Purna mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. “Lima siswa katanya memilih sekolah negeri,” sebutnya.
Penurunan jumlah siswa sendiri di sekolah yang berdiri tahun 1970 ini, kata Purna, terjadi sejak tahun 2000. Dan yang terparah terjadi pada tahu 2014. “Kita masih menunggu rapat dengan yayasan, mau dikemanakan siswa yang tiga orang ini, memungkinkan apa tidak. Terus terang saja, dari segi operasional sangat berat,” ujarnya.
Sekolah sendiri, tambahnya, menargetkan minimal 20 siswa. Dan pihaknya pun tetap akan membuka pendaftaran siswa baru hingga Sabtu (14/7) ini. “Kami sempat buka stand penerimaan siswa baru di SMAN 2 Tabanan atas arahan kepala sekolah. Namun saat mendengar ada pendaftaran gelombang ke II, saya tidak pernah kesana lagi,” tuturnya. (*KB).