Ekonomi BisnisTabanan

Permintaan Pasar Tinggi, Peluang Petani Gemitir Sangat Menjanjikan

    TABANAN, Kilasbali.com-Peluang menanam bunga gemitir di Bali semakin baik ditengah hadirnya berbagai varietas baru yang sangat menguntungkan dari sisi kualitas produksi. Bunga berwarna kuning ini memiliki seralan pasar yang sangat besar sehingga terbangunnya sistem keagenan yang baik akan membuat petani dalam posisi yang diuntungkan. Selain dari sisi kuantitas produksi bunga, kini pohon gemitir juga diserap pasar untuk aspek dekorasi.

    “Permintaan pasar pasti tidak ada, namun secara umum kebutuhan perhari 30 hingga 40 ton,” papar GM Bali Gemitir Group, Agus Ervani Sjoekoer, di Tabanan, Minggu (8/7).

    Ervani yang juga Koordinator Aspehorti (Asosiasi pelaku holtikultura) Kabupaten Tabanan ini menambahkan, kini sudah dikembangkan berbagai varietas bunga gemitir yang menguntungkan dari sisi kualitas produksi seperti jenis Gemitir saraswati, srikandi dan jenis buga gemitir garuda. Varietas ini juga dikembangkan untuk unsur dekorasi yang sudah merambah kebutuhan hotel hingga kawasan Bandara. Tumbuhnya permintaan pasar mendorong pihaknya menciptakan sistem keagenan yang baik dari awal penyiapan bibit hingga pasca produksi di seluruh kabupaten dan kota di Bali.

    Seluruh petani yang sudah tergabung dalam kerjasama dikuatkan melalui pendampingan dari hulu hingga hilir, menyangkut budidaya tanam, cara pemupukan, cara penyemprotan dan yang paling penting mengawal saat petani berproduksi. Adanya saudagar yang akan menampung dan memasarkan hasil produkai dipastikan akan selaku memposisikan petani agar selaku mendapatkan keuntungan. Melalui kerjasama permodalan yang sudah dibangun baik dengan perbankan swasta maupun nasional hingga lembaga keuangan non bank yakni LPD dan Koperasi, membuat petani tidak kagi kesulitan dalam mendapatkan permodalan. “Kita pinjamkan dana dengan pihak ketiga sehingga persoalan klasik terkait permodalan bisa diatasi,” jelasnya.

    Baca Juga:  Warga Australia Hilang Terseret Arus Usai Tolong Turis Lainnya yang Tenggelam

    Meningkatnya permintaan pasar akan bunga gemitir di Bali sangat dipengaruhi adanya dewasa atau rerahinan bagi umat Hindu untuk kebutuhan upakara, hingga lonjakan diatas 100 persen terjadi pada hari besar keagamaan seperti Galungan, Kuningan dan Hari Raya Saraswati. Tentunya adanya kepastian pasar ini mampu mengarahkan petani lebih cerdas membaca kebutuhan pasar mengisi kesinambungan produksi. Ditekankan terjadinya fluktuasi harga yang signifikan bukan saja disebabkan karena pasokan bunga gemitir menurun namun bisa terjadi akibat sistem pemasaran yang kurang tepat. Terbangunnya sistem keagenan yang baik kedepan diharapkan konsentrasi pemasaran bisa dilakukan lebih luas tidak hanya terkonsentrasi di pasar-pasar besar namun merata hingga di pasar-pasar adat yang ada di seluruh Bali.

    Baca Juga:  Rai Santini Mengaku Siap Ditugaskan di Komisi Manapun

    Membuat petani selalu dalam kondisi untung juga harus dilakukan dengan memutus rantai distribusi yang panjang. Sebaran petani gemitir harus lebih luas di seluruh Bali diluar sentra produksi gemitir yang sudah ada. Sehingga harapannya terjadinya kesinambungan proses produksi. Terdatanya sebaran bibit gemitir secara langsung akan memotong rantai panjang distribusi karena sistem keagenan mampu memetakan hasil produksi dengan baik sekaligus untuk memasarkan hasil produksi petani. “sebagai contoh, kalau kita bisa sediakan bunga di singaraja untuk apa kita datangkan dari Tabanan, sehingga biaya distribusi tidak ada dan harga di tangan konsumen lebih murah. Apalagi Sepanjang tahun bisa menanam,” beber pemilik Warung Gemitir ini seraya menambahkan petani saat ini juga merasakan keuntungan langsung dari sektor pariwisata karena semakin banyak wisatawan berkunjung ke kebun sentra produksi bunga gemitir. “Saya lihat animo dari tour guide untuk menjadikan hamparan gemitir objek pariwisata semakin baik. Prewedding atau sekilas mengantar tamu, memberi kontribusi bagi pemasukan tambahan bagi petani,” pungkasnya. (*KB).
    Ket Foto : GM Bali Gemitir Group, Agus Ervani Sjoekoer

    Back to top button